REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perekonomian Indonesia yang belum sepenuhnya membaik tidak menjadi rintangan bagi sejumlah pengembang dalam memasarkan proyeknya. Mereka menggunakan beragam cara untuk memasarkan produknya agar tetap memiliki daya tarik bagi konsumen.
Masalah lokasi proyek dan kemudahan dalam mengangsur cicilan menjadi salah satu kiat ampuh dalam menjaring konsumen. Lokasi yang strategis tentunya menjadi pilihan utama karena akan menentukan nilai jual dan besarnya minat pembeli.
"Proyek kami sudah terjual 80 persen sejak 2013, sekarang tinggal 20 persen sisanya," kata Utama Gondokusumo, Direktur Intiland Development Tbk, disela kegiatan topping off kondominium 1 Park Avenue, Rabu (9/9).
Kenaikan nilai tukar mata uang dolar AS terhadap rupiah diakuinya memberikan dampak bagi bisnis apapun secara keseluruhan. Namun, dengan strategi yang tepat, pemilihan lokasi bisnis strategis akan mampu mendongkrak penjualan secara signifikan.
Selain itu ditunjang dengan kemudahan fasilitas cicilan yang lebih panjang masa pelunasannya, akan meringankan beban konsumen. "Sekitar 70 persen konsumen 1 Park Avenue membeli dengan hard cash," katanya.
1 Park Avenue merupakan kondominium mewah yang berdiri di atas lahan seluas 2,8 hektar di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan. Pada tahap pertama pengembang membangun empat konominium setinggi 29 lantai. Setiap konominium terdiri dari 112 unit hunian.
Harga jual unit ini terus merangkak naik. Apabila saat diluncurkan harga yang ditawarkan mencapai 22 juta permeter, kini sudah mencapai 45 juta permeter persegi.