Kamis 10 Sep 2015 11:45 WIB

Menteri Susi: 90 Persen Ekspor Ikan Tetangga dari Laut Kita

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan kebanyakan ekspor sektor kelautan dan perikanan dari sejumlah negara tetangga seperti Cina dan Thailand itu bersumber dari kawasan perairan Republik Indonesia.

"Angka ekspor mereka (negara-negara tetangga) sekitar 70-90 persen itu dari laut kita," kata Susi Pudjiastuti dalam Rapat Koordinasi Nasional Tahun 2015 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bertajuk "Laut Masa Depan Bangsa" di Jakarta, Kamis (10/9). Padahal, Susi mengingatkan bahwa berdasarkan angka dari Biro Pusat Statistik (BPS) pada periode tahun 2003-2013 itu terdapat 115 perusahaan perikanan yang tutup.

Menurut dia, diakui memang ada sebagian pengelolaan yang tutup karena mismanajemen pengelolaan. Akan tetapi sebagian terjadi karena minimnya bahan baku karena sumber daya laut di Indonesia sudah terkuras habis.

"Kalau 115 perusahaan rata-rata ekspor per tahun sekitar 10 juta dolar, maka berarti ada 1 miliar dolar lebih yang telah hilang dari portofilio ekspor kita," ungkapnya.

Sebelumya, KKP menginginkan negosiasi dengan Jepang, khususnya dalam rangka menurunkan tarif bea masuk komoditas sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang akan masuk ke Negeri Sakura tersebut.

"Jadwal untuk perundingan antara Indonesia dan Jepang belum disepakati, namun KKP berharap hasil perundingan dapat diperoleh sebelum akhir tahun 2016," ucap Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan KKP Saut Hutagalung, Selasa (18/8).

Menurut Saut, penurunan tarif bea masuk tersebut merupakan hal yang strategis, mengingat Jepang merupakan pasar ekspor kedua terbesar bagi perikanan Indonesia setelah pasar Amerika Serikat (AS). Apalagi, lanjutnya, selama tiga tahun terakhir ini tercatat bahwa ekspor hasil perikanan Indonesia ke Jepang mengalami penurunan sekitar enam persen per tahun.

Ia berpendapat bahwa walau hal itu dinilai juga sebagai akibat perekonomian Jepang yang melambat, tetapi penurunan tarif bea masuk juga penting. Hal tersebut, lanjutnya, sangat penting untuk meningkatkan daya saing dan akses produk perikanan di Jepang.

Selain itu, ujar dia, penurunan tarif bea masuk juga penting sebagai langkah mengantisipasi dampak positif dari upaya pemberantasan pencurian ikan yang sedang digalakkan pemerintah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement