REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden, Jusuf Kalla mengatakan, pembelian kembali (buyback) saham untuk mengatasi melemahnya perekonomian saat ini bukan langkah yang tepat. Sebab, pembelian kembali saham justru hanya akan menguntungkan para investor asing.
Menurut Kalla, sebagian besar pasar saham di Indonesia dikuasai oleh investor asing. "Masalah modal saya orang yang paling tidak suka dengan cara menservice pasar. Pasar saham kita 70 persen asing, berbeda di Cina yang 90 persen household. Dan jangan mencoba untuk buyback. Tidak ada urusannya kita untuk membuyback," kata Kalla saat menghadiri bedah buku "Reinveting Indonesia" di Universitas Indonesia, Jakarta, Rabu (9/9).
Menurut dia, untuk memperbaiki kondisi perekonomian yang melemah, produktivitas dalam negeri perlu ditingkatkan sehingga Indonesia tidak tergantung pada investasi asing. JK mengatakan, krisis ekonomi yang terjadi pun tidak dapat diselesaikan hanya dengan pendekatan moneter.
"Dengan cara itu ekonomi kita akan memiliki daya tahan yang tinggi dan jangan terpengaruh kepada kebijakan yang copy paste, dan jangan terpengaruh pada kebijakan bahwa semua bisa selesai dengan moneter," jelas Kalla.
Wapres juga mengatakan, pemerintah perlu belajar dari pengalaman krisis moneter pada 1998 dan 2008, lalu. Saat itu, kesalahan pemerintah dalam menangani krisis moneter yakni mempercayai bantuan Dana Moneter Internasional (IMF). Bahkan, Kalla menyebut, IMF memiliki dosa besar kepada Indonesia saat menyelesaikan krisis 1998 silam.
"Kemarin saya ketemu Christian Lagarde (Direktur IMF). Saya bilang anda punya dosa yang tinggi, anda membuat resep yang sama, anda ingin menyelesaikan sesuatu dengan moneter saja. Ingin selesaikan inflasi dengan bunga," kata Kalla.
Akibat berhutang kepada IMF, Indonesia pun harus menanggung utang yang sangat besar.