Rabu 09 Sep 2015 07:45 WIB

Perlambatan Ekonomi Cina Disebut Faktor Terbesar Depresiasi Ringgit

Rep: Risa Herdahita Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ringgit Malaysia
Foto: WN.com
Ringgit Malaysia

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Depresiasi mata uang ringgit dinilai masih mampu bergerak positif. Lembaga pemeringkat keuangan, Moody's Investor Service memberikan rating A3 positif untuk itu, meskipun lingkungan ekonomi di negara itu sedang tidak baik.

Dalam laporannya, yang dikutip the Malaysia Insider (8/9), depresiasi ringgit merupakan gejala yang timbul dari turunnya pendapatan ekspor. Itu juga dipengaruhi faktor memburuknya sentimen investor terhadap Malasia yang berbuntut arus keluar modal.

Wakil Presiden dan Analis Senior Moody, Rahul Ghosh menemukan ringgit telah terdepresiasi sekitar 25 persen terhadap dolar AS dalam 12 bulan terakhir. Ia mengatakan, berdasarkan survey Moody, 44 persen pelaku pasar berharap nilai tukar ringgit tetap ada di antara 4,00 ringgit Malaysia dan 4,50 ringgit Malaysia terhadap dolar AS. Sementara 62 persen lainnya berharap harga minyak mentah brent berkisar antara 45 dolar AS sampai 55 dolar AS per barel pada 12 bulan mendatang.

"Akhirnya polling menunjukkan pelaku pasar masih melihat perlambatan pertumbuhan Cina sebagai risiko terbesar bagi bank Malaysia yang diikuti oleh perlemahan ringgit," katanya.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement