REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Indonesia telah membuat permintaan resmi untuk bergabung kembali dengan OPEC, kartel produsen minyak mengumumkan pada Selasa (8/9). Organisasi negara-negara pengekspor minyak menyambut langkah itu setelah Indonesia menyatakan niatnya pada Juni.
Indonesia yang kaya sumber daya, perekonomian terbesar di Asia tenggara, adalah bagian dari OPEC selama hampir 50 tahun sampai menangguhkan keanggotaannya pada 2009 setelah menjadi pengimbor minyak bersih.
Kembalinya ke OPEC dipandang sebagai cara bagi Indonesia untuk mengakses pasokan minyak yang lebih murah ketika permintaan melonjak di tengah penurunan produksi dalam negeri. "Indonesia telah mengajukan permintaan resmi ke organisasi
Negara-negara pengekspor minyak untuk mengaktifkan keanggotaan penuh dalam Organisasi," OPEC yang berbasis di Wina mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa.
OPEC mengatakan bahwa Menteri Energi Sudirman Said akan diundang untuk menghadiri pertemuan rutin kartel berikutnya di ibu kota Austria pada 4 Desember yang 'sekaligus akan meresmikan pengaktifan kembali keanggotaan Indonesia'.
Pernyataan itu menambahkan: "Indonesia telah berkontribusi banyak terhadap sejarah OPEC. Kami menyambut kembalinya Indonesia ke Organisasi." Anggaran dasar OPEC menyatakan bahwa "setiap negara dengan ekspor bersih minyak mentah yang besar" bisa menjadi anggota penuh.
Tetapi juga mengatakan keanggotaan asosiasi adalah mungkin bagi negara-negara yang tidak memenuhi syarat sebagai anggota penuh, tentu saja Indonesia mungkin akan mengikuti itu, analis mengatakan.
OPEC sementara itu telah menyambut permintaan Indonesia, karena kembalinya Indonesia memperluas basis geopolitik kartel meliputi Asia pada saat kartel menghadapi tekanan atas kemerosotan harga minyak, pengamat menambahkan.
OPEC beranggotakan 12 negara dari Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin, memproduksi sekitar sepertiga dari minyak dunia.
Tetapi selama tahun lalu, anggota-anggotanya, termasuk produsen terbesar Arab Saudi, Iran, Venezuela dan Nigeria, telah melihat pendapatan mereka turun tajam karena pasokan minyak mentah global yang berlimpah menyebabkan harga minyak jatuh lebih dari 50 persen.