Kamis 03 Sep 2015 13:22 WIB

Tingkatkan Daya Beli, Peritel Tunggu Belanja Pemerintah

Bisnis Ritel. Ilustrasi
Foto: Antara
Bisnis Ritel. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -  PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) menyiapkan beberapa strategi untuk   menjaga pertumbuhan bisnisnya di tengah  perlambatan pertumbuhan ekonomi yang juga menyerang industri ritel di tahun ini. Presiden Direktur Alfamart, Anggara Hans Prawira mengatakan, untuk menghadapi  pelemahan daya  beli,  perusahaan menerapkan beberapa strategi.

Antara lain, dengan menambah jumlah toko, memanfaatkan teknologi informasi, mengoptimalkan lini bisnis di luar negeri dan pilihan terakhir adalah menaikkan harga jual ke konsumen.

"Opsi terakhir dilakukan ketika suplier atau pemasok menaikkan harga ke Alfamart. Mau tidak mau, kami juga menaikkan harga jual ke konsumen. Biasanya di kisaran 4 hingga 10 persen," katanya, baru-baru ini.

Meskipun produk yang dipasarkan di toko Alfamart merupakan produk lokal, namun beberapa diantaranya menggunakan bahan baku impor. Akibatnya, ikut terkena imbasnya pada saat rupiah melemah.

Hans mengakui, opsi menaikkan harga bisa menurunkan daya beli konsumen yang berujung  pada melambatnya pertumbuhan pendapatan dan laba perusahaan. Namun, agar roda bisnis tetap berjalan Alfamart memanfaatkan perangkat teknologi, seperti tablet. Tujuannya, guna mengefisiensikan penggunaan kertas dalam setiap laporan transaksi bisnis.

Hans  juga  menegaskan  bahwa  untuk  menggairahkan  perekonomian nasional,  tidak  cukup  hanya  dengan  mengandalkan festive season, yakni momen Ramadhan dan Lebaran. Peritel menunggu  belanja pemerintah (government  spending).  

“Saya berharap anggaran belanja pemerintah segera digulirkan agar mendongkrak daya beli.  Proyek  infrastruktur yang belum dijalankan pemerintah, misalnya, bisa menstimulus daya beli masyarakat,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement