REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) dan Dana Moneter Internasional (IMF) menggelar konferensi internasional bertema The Future of Asia’s Finance di Gedung Thamrin Bank Indonesia Jakarta, Rabu (2/9).
Dalam konferensi tersebut dikemukakan, permasalahan utama dalam pembangunan, khususnya di tengah gejolak ekonomi saat ini adalah soal pembiayaan. Bagi kawasan Asia, pembangunan infrastruktur dianggap sebagai salah satu kunci peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh sebab itu, upaya mencari jalan dan bentuk pembiayaan tersebut menjadi penting.
Dalam sambutan pembukanya, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menegaskan keseriusan Pemerintah RI dalam membangun infrastruktur dan konektivitas antar daerah. Hal itu membutuhkan pembiayaan yang besar. Sehingga pemerintah mengupayakan berbagai langkah, seperti pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) hingga kerjasama dalam skema private public partnership (PPP).
Agus menyatakan, satu bentuk tantangan perekonomian adalah sulitnya mendapatkan pembiayaan untuk mengatasi celah pembiayaan infrastruktur (infrastructure gap). Selain itu, dia menegaskan pentingnya peran pendalaman pasar keuangan (financial deepening) dan inklusi keuangan (financial inclusion) dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih luas dan inklusif.
"Konferensi hari ini diharapkan dapat memberi masukan, kontribusi, dan solusi, atas berbagai masalah tersebut," jelasnya.