REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar Asia melanjutkan pelemahannya pada Rabu (2/9). Indeks Saham Shanghai kembali dibuka melemah di tengah kekhawatiran pertumbuhan berkelanjutan Cina.
Selasa lalu, melansir BBC, data menunjukkan sektor manufaktur Cina menyusut dengan laju tercepat selama tiga tahun ini. Hal itu memicu aksi jual pada pasar global, sehingga saham di Amerika pun ditutup hampir turun 3 persen.
Saham di Cina daratan, telah kehilangan nilainya hampir sejauh 40 persen sejak Juni. Itu meski telah ada upaya dari pemerintah dan regulator untuk menopang pasar di Cina.
Sementara, data yang menunjukkan aktivitas pabrik AS turun ke level terendah lebih dari dua tahun pada Agustus lalu. Persoalan ini pun menambah buruk sentimen yang sudah suram di kalangan investor.
Minyak mentah berjangka juga terus anjlok setelah perdagangan AS menurun 8 persen. Pun ini menyusul kekhawatiran soal perlambatan permintaan Cina.
Siang ini, pasar modal Indonesia, terpantau meningkat setelah pada pembukaan pasar tadi pagi anjlok 1,113 persen. Pada akhir penjualan sesi I ini, pelemahan IHSG dimanfaatkan untuk kemudian aksi beli meningkat 0,04 persen ke level 4.414, 23.
Sebaliknya, Indeks Saham Shanghai (SSE) di Cina masih terpantau melemah. Pada pukul 12.44 waktu Shanghai saham bergerak negatif 0,4 persen. Sementara Indeks Shenzhen (SZSE) juga sampai siang ini masih menurun 0,35 persen.
Pelemahan juga terpantau terjadi pada bursa saham di Hong Kong. Indeks Saham Hang Seng siang ini menurun 0,57 persen.
Di Jepang pun, bursa saham tidak berkinerja positif. Menjelang penutupan bursa, pada pukul 14.46 waktu Tokyo, Indeks TOPIX terpantau menurun 0,88 persen. Sementara Nikkei 225 masih menghijau sejauh 0,08 persen.
Kenaikan performa indeks saham juga terlihat di Korea. Hal itu ditunjukkan Indeks KOSPI yang siang ini meningkat 0,09 persen.