Selasa 01 Sep 2015 19:41 WIB

Harga Batu Bara Menurun, Adaro Yakini Prospek Jangka Panjang

Rep: Risa Herdahita Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Garibaldi Thohir
Foto: Antara/Andika Wahyu
Garibaldi Thohir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siklus penurunan harga batu bara yang berkepanjangan mendorong PT. Adaro Energy Tbk (ADRO) untuk membangun usaha non pertambangan batu bara. Adaro kini mulai  berekspansi ke industri hilir, yaitu ketenagalistrikan.

"Kami akan terus mengembangkan usaha non pertambangan batu bara sekaligus meningkatkan kontribusinya, sehingga Adaro dapat bertahan dengan lebih baik dari siklus pasar batu bara," ungkap Presiden Direktur dan Chief Executive Officer, Garibaldi Thohir, Selasa (1/9).

Laporan keuangan Adaro pada semester pertama tahun ini memang menunjukkan profitabilitas yang menurun. Hal ini akibat kondisi pasar batu bara yang tengah menghadapi kesulitan.

Pada semester pertama tahun ini pendapatan Adaro menurun sebesar 17 persen menjadi 1.399 juta dolar AS. Turunnya volume penjualan dan harga penjualan rata-rata merupakan penyebab hal itu terjadi.

Volume penjualan emiten pada semester pertama dilaporkan telah menurun 6 persen menjadi 26,6 juta ton. Sebabnya, kelebihan pasokan tidak sebanding dengan pertumbuhan permintaan batu bara yang melambat.

Sementara produksi batu bara pun menurun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 7 persen menjadi 25,9 ton. Tak hanya itu, harga rata-rata penjualan Adaro turun 13 persen yoy.

Meski begitu, Garibaldi yakin batubara akan tetap menjadi bahan bakar paling efisien dan berbiaya murah bagi pembangkit listrik. Sementara hal ini merupakan faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

"Walaupun prospek dalam jangka pendek masih tetap menantang, kami tetap yakin permintaan batu bara di Indonesia, Asia Selatan, dan Asia Tenggara akan memainkan peranan penting di masa datang," kata Garibaldi.

Dalam hal ini, pihak Adaro pun telah melakukan langkah antisipasi untuk menghadapi pasar batu bara yang kini melemah. Adaro merevisi panduan produksi tahun 2015 menjadi 54-56 juta ton dari yang sebelumnya 56-58 juta ton.

Di lain pihak, likuiditas Adaro hingga kini masih dinilai kokoh. Akses terhadap kas yang mencapai 688 juta dolar AS memberikan keleluasaan perusahaan itu di tengah turunnya harga batu bara.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement