Selasa 01 Sep 2015 16:13 WIB

BPS: Tahun Ajaran Baru Sumbang Inflasi

Inflasi
Inflasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan tahun ajaran baru sekolah menjadi salah satu penyumbang laju inflasi pada Agustus 2015 yang tercatat 0,39 persen.

"Sektor pendidikan, rekreasi dan olahraga merupakan komponen kelompok pengeluaran utama yang menyumbang inflasi di Agustus, karena mulai tahun ajaran baru di SD, SLTP dan SLTA," katanya, Selasa (1/9).

Dengan inflasi pada Agustus tercatat 0,39 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2015 telah mencapai 2,29 persen dan inflasi secara tahunan (year on year) 7,18 persen.

Sedangkan, laju inflasi komponen inti pada Agustus tercatat mencapai 0,52 persen dan tingkat inflasi inti secara tahunan (year on year) sebesar 4,92 persen.

Selain kontribusi dari kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang pada Agustus tercatat inflasi 1,72 persen, laju inflasi juga didukung kelompok bahan makanan yang menyumbang inflasi 0,91 persen.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau ikut menyumbang inflasi 0,71 persen, diikuti kelompok kesehatan 0,7 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,16 persen serta kelompok sandang 0,01 persen.

"Hanya kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami deflasi pada Agustus yaitu 0,58 persen, karena adanya penurunan tarif angkutan udara, darat dan laut, seusai lebaran," jelas Suryamin.

Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS mencatat sebanyak 59 kota mengalami inflasi dan 23 menyumbang deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 2,29 persen dan terendah terjadi di Sumenep, Kediri dan Probolinggo masing-masing 0,02 persen. Sementara, deflasi tertinggi terjadi di Ambon yaitu 1,77 persen.

Suryamin mengatakan dari 59 kota yang mengalami inflasi, sebanyak 37 kota menyumbang inflasi 0-0,5 persen, 18 kota mengalami inflasi 0,5-1 persen dan hanya empat kota yang menyumbang inflasi diatas satu persen.

Banyaknya kota yang menyumbang inflasi 0-0,5 persen, bahkan ada yang mengalami deflasi, menandakan pengendalian inflasi di daerah sudah bagus. Inflasi tinggi masih terjadi di kota-kota besar yang konsumennya banyak," ujarnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement