Ahad 30 Aug 2015 14:33 WIB

Ini Pertahanan Indonesia dalam Hadapi Krisis

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Gubernur Bank Indonesai (BI) Agus Martowardojo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Selasa (18/8).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Gubernur Bank Indonesai (BI) Agus Martowardojo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Selasa (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak hanya cadangan devisa, Indonesia mempunyai modal pertahanan lain dalam menghadapi krisis. Ada Bilateral Swap Arrangement (BSA), Dana Siaga (deferred drawdown option/ DDO), serta Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menjelaskan, BSA merupakan dana cadangan apabila terjadi kondisi yang tak diinginkan. Sedangkan DDO merupakan kerja sama antar negara yang digunakan untuk membantu pelaksanaan pembangunan. Jumlahnya lima miliar dolar AS.

"Kita juga memiliki BCSA yang digunakan untuk meningkatkan kerja sama perdagangan bilateral dan memperkuat kerja sama keuangan antara kedua negara," jelas Agus, Minggu, (30/8). Ia menambahkan, BCSA pun dapat mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan dolar AS.

Saat ini BI mempunyai BCSA dengan Tiongkok dan Korea. Nilai kerja sama dengan Korea sebesar 10,7 triliun won, atau Rp 115 triliun. Sedangkan dengan Bank Sentral Tiongkok (PBoC) sebanyak 100 miliar yuan atau sekitar 175 trliun dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement