Kamis 27 Aug 2015 06:54 WIB

Pelemahan Rupiah Pukul Pengusaha Tempe

Seorang perajin dan penjual tempe menata dagangannya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta.
Foto: Antara
Seorang perajin dan penjual tempe menata dagangannya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Kenaikan harga kedelai impor akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mulai berdampak langsung pada industri tahu tempe di Kabupaten Biak Numfor, Papua.

Juru bicara pelaku usaha tahu tempe, Syamsul di Biak, Kamis (27/8), mengakui melemahnya rupiah mempengaruhi harga bahan baku kedelai impor dari sebelumnya Rp 10 ribu per kg meningkat menjadi Rp 12 ribu per kg.

"Ketergantungan pelaku usaha industri tahu tempe terhadap bahan baku kedelai impor sangat dominan. Ya jika harga belinya mengalami lonjakan setiap waktu akan mengancam aktivitas pelaku usaha tahu tempe," ujarnya.

Ia mengakui untuk mempertahankan kelangsungan usaha tahu tempe pengusaha harus menaikan harga jual atau mengurangi ukuran tahu tempe.

Dengan menaikan harga jual tahu tempe di pasaran, menurut Syamsul, para pelaku usaha kemungkinan akan mengalami penurunan omset karena sepinya pembeli di pasaran.

"Kondisi kenaikan harga bahan baku kedelai impor sangat membebani operasional usaha industri tahu tempe, ya masalah pelemahan nilai rupiah supaya dapat diatasi aparat pemerintah berwenang sehingga kestabilan ekonomi Indonesia kian membaik," harapnya.

Berdasarkan informasi di pasaran Kamis pagi, harga jual tahu tempe di pasar Biak Rp 4.000 hingga Rp 5.000 per potong, sedangkan sebelumnya dijual Rp 2.500 hingga Rp3.000 per potong

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement