Kamis 27 Aug 2015 00:41 WIB

Rupiah Anjlok, Staf Presiden: Bisa Belajar Pada 2008

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Teguh Firmansyah
Teller Bank Tabungan Negara (BTN) menghitung uang rupiah di Banking Hall Bank BTN, Jakarta, Kamis (9/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Teller Bank Tabungan Negara (BTN) menghitung uang rupiah di Banking Hall Bank BTN, Jakarta, Kamis (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi III Staf Kantor Kepresidenan Purbaya Yudi Sadhewa mengatakan, pemerintah akan berjuang semaksimal mungkin dalam mengatasi melemahnya rupiah saat ini,

"Kepada investor, harus menunjukan kita betul-betul bisa membangun proyek infrastuktur yang selama ini dijanjikan," ujarnya di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (26/8).

Jika berhasil membangun sejumlah proyek infrastuktur, ia yakin akan berdampak pada daya beli dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Persoalan banyaknya PHK di tengah melambatnya ekonomi saat ini, ia menilai kuncinya bukan pada nilai tukar saja, karena pelemahan nilai tukar merupakan dampak dari melambatnya pertumbuhan eonomi.

"Jadi kalau begitu kita harus perbaiki penyakit utamanya yaitu ekonomi yang melambat dan kita akan mencegah ekonomi melambat lebih jauh," lanjutnya.

Ia mengajak masyarakat berkaca dari pengalaman 2008-2009 saat sebagian besar negara mengalami ekonomi negatif, tapi Indonesia bisa tumbuh baik dan bahkan disegani dunia karena menjalankan kebijakan fiskal dan moenter yang tepat.

"Yang utamanya adalah menjaga permintaan dalam negeri, dapat dilakukan dengan BLT disalurkan tepat waktu dan sasaran agar daya beli tak terganggu," sambung dia.

Selain itu, ia juga berharap harga pangan benar-benar dikendalikan. Meski saat ini harga agak tinggi tapi pemerintah, semaksimal mungkin melakukan berbagai macam tindakan agresif yang akan dilakukan ke depan. Kemudian, pemerintah harus memperbaiki dari segi fiskal dengan cara mempercepat belanja dan pemerintah jangan ditunda-tunda lagi.

Untuk jangka pendek, hal tersebut ia yakini dapat memperbaiki kondisi ekonomi bangsa, sedangkan untuk jangka panjang bisa dilakukan dengan memperbaiki iklim investasi, daya saing dan infrastuktur

"Segala macam hal yang ganggu kelancaran bisnis harus dihilangkan," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement