REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Bursa saham dunia anjlok, tidak hanya di Asia tapi juga Eropa. Pada sesi pembukaan, Senin (24/8), bursa di London, Paris, dan Frankrut turun karena dihantui melambatnya pertumbuhan di Cina.
Indeks London FTSE turun 2,6 persen, sementara bursa di Prancis dan Jerman merosot sekitar 3 persen. "Tampaknya kita bergerak sangat cepat ke bawah," ujar David Madden, analisis IG.
Sebelumnya bursa saham China anjlok hingga sembilan persen, begitu pula nilai mata uang terhadap dolar AS.
"Cina telah memicu kepanikan makro," ujar Didier Duret, kepala investasi, di ABN Amron. "Gonjang-ganjing masih akan terus berlanjut hingga kita memperoleh informasi adanya kebijikan kuat dalam pelonggaran moneter."
Sebelumnya Beijing telah melakukan intervensi dengan menggelontorkan dana pensiun ke pasar saham. Namun hal itu tidak bisa menenangkan para pialang saham baik Cina maupun luar negeri.
Dalam satu pekan terakhir, indeks Shanghai telah jatuh 12 persen. Adapun sejak Juni telah merosot hingga 30 persen.
Baru-baru ini Cina telah mendevaluasikan mata uangnya untuk mendorong nilai ekpor. Namun langkah Cina memicu kekhawatiran banyak pihak tentang perang mata uang. Investor Eropa khawatir jika mata uang Cina lemah akan membuat ekspor dari Eropa kurang kompetitif.
Anjloknya bursa Cina juga memperburuk Indeks Harga Saham Gabungan di Jakarta. IHSG pada Senin sore telah merosot ke posisi 3,97 persen ke angka 4.163,73. Bursa Hang Seng juga melorot 5,17 persen dari sesi siang hari.