REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa saham di Timur Tengah turun tajam setelah sepekan masa sulit bagi semua indeks saham global utama. Dubai Financial Market ditutup turun 7 persen, sedangkan bursa Saudi juga kehilangan 7 persen setelah peringkat lembaga Fitch memangkas prospek negara tersebut.
Dikutip dari BBC, Ahad (23/8), saham Dow Jones di AS pada pekan lalu turun 6 persen. Sementara indeks FTSE 100 di Inggris mencatat kerugian mingguan terbesar tahun ini sebesar 5 persen.
Investor khawatir tentang perlambatan di Cina dan efeknya bagi perekonomian global. Kedua saham, Prancis Cac 40 dan Dax Indeks Jerman kehilangan 7 persen dari nilai mereka pada pekan lalu.
Di Timur Tengah, ada kekhawatiran khusus tentang harga minyak yang rendah, yang turun lebih dari setengah di tahun ini. Harga minyak telah jatuh terus sejak Mei, ketika minyak Brent seharga 68 dolar AS per barel. Saat ini, harga minyak 45 dolar AS per barel.
Hal itu terutama disebabkan banyaknya pasokan, sebagian dari AS, yang merupakan produsen shale oil. Sehingga melemahkan posisi dominan OPEC di pasar minyak global.
Kekhawatiran yang menyebabkan jatuhnya pasar saham global itu mencerminkan kekhawatiran tentang laju perlambatan ekonomi Cina. Pada Jumat (21/8), angka dari negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut menunjukkan aktivitas yang menyusut di produksi perusahaan. Awal bulan ini, Bank Sentral Cina (BPoC) mendevaluasi mata uang yuan yang membuat barang ekspor Cina lebih berdaya saing.