Senin 17 Aug 2015 16:26 WIB

Dampak El Nino Paksa Freeport Efisiensi

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Pekerja melintas berlatarbelakang pegunungan Jayawijaya di kawasan Grasberg Mine milik PT. Freeport Indonesia (PTFI ) di Tembagapura, Mimika, Timika, Papua, Minggu (15/2).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Pekerja melintas berlatarbelakang pegunungan Jayawijaya di kawasan Grasberg Mine milik PT. Freeport Indonesia (PTFI ) di Tembagapura, Mimika, Timika, Papua, Minggu (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID, TEMBAGAPURA - Dampak kemarau panjang terasa di seluruh penjuru Indonesia, tak bagian timur. PT Freeport Indonesia yang melangsungkan produksi di Tembagapura, Mimika, Papua misalnya, sudah dua pekan melakukan penjadwalan air bersih untuk pegawai. Akibatnya, kompleks Tembagapura yang dihuni pegawai Freeport tidak dialiri air pada jam-jam tertentu.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin secara pribadi meminta kepada seluruh pegawai untuk menerima kondisi ini. Efisiensi yang dilakukan Freeport tak berhenti di situ.

Akibat turunnya harga komoditas yang diolah PT Freeport Indonesia, cost reduction program terpaksa dilakukan. "Kondisi alam berupa cuaca dampak El Nino perlu menjadi fokus antisipasi kita terhadap nilai produksi. Kita perlu pahami betul kondisi obyektif ini," kata Maroef, Senin (17/8).

Sebelumnya, Maroef juga mengungkapkan, pihaknya terpaksa mengeluarkan kebijakan "cost reduction program" sebagai bentuk efisiensi.

"Pada saat yang bersamaan perusahaan memerlukan modal investasi yang sangat besar untuk melanjutkan produksi lada underground mining dan pengembangan kapasitas smelter di Gresik," ujar Maroef.

Belum lagi, lanjut Maroef, Freeport belum mendapat kepastian perpanjangan kontrak karya. Gonjang-ganjing perpanjangan operasi perusahaan afiliasi asal AS ini, mau tidak mau turut menggoyang nilai saham Freeport (FCX) di pasar global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement