Ahad 16 Aug 2015 14:28 WIB

Ojek Smartphone Dinilai Bukan Jadi Solusi

Pengemudi Gojek perempuan, Adinda Belasky.
Foto: Gojek
Pengemudi Gojek perempuan, Adinda Belasky.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maraknya keberadaan Ojek dengan mengandalkan sistem aplikasi pada smartphone atau telepon pintar dinilai pengamat transportasi Djoko Setyowarno bukan menjadi solusi untuk mengurai kemacetan yang terjadi di kota-kota besar.

"(Ojek) cocok untuk jarak pendek atau yang tidak terjangkau layanan angkutan umum," katanya kepada Republika, Ahad (16/8).

Apapun bentuk layanan ojek, kata dia, sepeda motor terbilang rawan untuk keselamatan.   Ia menilai, kehadiran transportasi umum murah sangat dibutuhkan masyarakat untuk mengurangi kemacetan dan menjamin keamanan penumpang.  Selain itu, aksebilitas hingga kawasan perumahan sangat diperlukan.

"Kita harus mendesak kepala daerah mau melaksanakan kewajibannya menyediakan transportasi yang bermartabat," katanya menambahkan.

Djoko menambahkan, wacana pembangunan sistem transportasi massal, pun jangan sekadar sebagai jargon kampanye. Ia mengimbau, para pengusaha angkot agar bersepakat tidak menerima layanan tempel foto pasangan calon pemimpin jika tidak disertai upaya mensejahterakan sopir.

"Nelayan, petani, pasar tradisional, angkot, ojek dijadikan komoditas sasaran kampanye, baik pileg maupun pilkada. Ironis," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement