Rabu 12 Aug 2015 08:00 WIB

Daging Sapi Langka Karena 'Ditimbun' untuk Idul Adha

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang daging sapi melayani pembeli dipasar Jatinegara,Jakarta,Selasa (10/3).
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang daging sapi melayani pembeli dipasar Jatinegara,Jakarta,Selasa (10/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Koalisi Sapi Indonesia Aminuddin mengungkapkan, lonjakan harga daging sapi bukan hanya karena pemangkasan kuota impor sapi oleh pemerintah. Tapi juga karena ada aksi 'penimbunan' oleh para peternak dan pedagang.

"Salah satu faktor mahalnya harga sapi karena para peternak masih menahan sapinya untuk dijual saat Idul Adha untuk kurban. Padahal itu masih dua bulan lagi. Ini merugikan konsumen," kata Aminuddin, Selasa (11/8).

Aminuddin berharap pemerintah dapat mengambil langkah jangka pendek untuk mengatasi harga sapi yang kini harganya sudah menembus Rp 140 ribu per kg. Langkah jangka pendek itu bisa dilakukan dengan melakukan intervensi pasar dengan menjual harga daging sapi yang lebih murah.

"Keran impor sapi harus dibuka. Tapi harus dibatasi baik dalam hal pelakunya maupun volumenya," kata Aminuddin.

Adapun untuk langkah jangka panjangnya, pemerintah diharapkan memperbaiki tata niaga sapi. Tujuannya agar pemerintah bisa mengendalikan distribusi daging sapi yang merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.

Saat ini, kata dia, tata niaga sapi dikuasai oleh segelintir pedagang sapi besar. Para 'raja-raja sapi' itu sejauh ini menguasai distribusi berikut permainan harganya. “Soal sapi ini prinsipnya jangan dilepaskan penuh ke swasta, tapi pemerintah harus bisa mengontrol,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement