Jumat 07 Aug 2015 19:49 WIB

Pengusaha Minta Kuota Impor Sapi Ditambah

Rep: Sonia Fitri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja menaikkan sapi bakalan yang diimpor dari Australia ke atas truk di kawasan Pelabuhan PT. Pelindo II, Tanjung Priok.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Pekerja menaikkan sapi bakalan yang diimpor dari Australia ke atas truk di kawasan Pelabuhan PT. Pelindo II, Tanjung Priok. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pengusaha daging sapi dan jagal se-Jabodetabek meminta pemerintah menambah kuota impor sapi hingga 150-200 ribu per kuartal. Hal tersebut guna menyeimbangkan kebutuhan daging dengan pasokannya.

Saat ini mereka merasa kebijakan pembatasan impor sapi bakalan sebanyak 50 ribu ekor hingga September 2015 membuat sulit keberlangsungan usaha mereka."Selain itu, kalau impor tidak ditambah, harga daging juga akan terus tinggi," kata Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Pemotong Hewan Indonesia (APHI) Adi Warsito kepada ROL pada Jumat (7/8).

Seperti diketahui, pergerakan harga sapi sebelum lebaran di angka Rp 95 ribu per kilogram. Harga lantas terus berjalan menanjak di momen Ramadhan dan Idul Fitri di angka Rp 130 ribu per kilogram. Namun, pascalebaran posisi harga masih betah di harga terakhir.

"Padahal berdasarkan pengalaman yang lalu-lalu, kalau sudah lebaran, harganya kembali turun," kata dia. Jelaslah menurutnya, hal tersebut disebabkan pasokannya yang kurang. Bahkan jika terus dibiarkan, harga daging sapi bisa mencapai Rp 150 ribu per kilogram.

Ia juga mengkritisi alasan pemerintah membatasi impor sapi karena ingin menggenjot produksi dalam negeri. "Logikanya jauh, itu mimpi," tuturnya. Jika benar pemerintah ingin menggenjot produksi, seharusnya dibuktioan dulu dengan komoditas kedelai yang masa produksinya jauh lebih pendek dari pada sapi, tapi masih impor juga.

Sapi, kata dia, mengalami masa bunting hampir satu tahun. Setelah lahir, ia tak bisa langsung dipotong karena harus terlebih dahulu digemukkan hingga 2-3 tahun kemudian. Jadi, pembatadan impor ketika pasokan dalam negeri belum siap hanya akan menyusahkan masyarakat. "Kedelai tanam sekarang, panennya tiga bulan kemudian, itu saja belum bisa tercegah impornya, apalagi sapi," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement