REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Gardjita Budi menegaskan, musim kering dan gelombang panas El Nino tidak mengganggu ketahanan pangan. Meski begitu, ia tak menampik adanya penurunan angka ramalan (aram) produksi padi di 2015 akibat kekeringan disebabkan puso.
"Angka ramalan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun ini produksi padi 75,6 juta ton gabah, tapi angka pesimisnya kita bisa memenuhi di angka prediksi 74,6 juta ton," kata dia pada Kamis (6/8).
Prediksi penurunan padi hanya sedikit makanya tak terlalu mengganggu ketanahan pangan. Bahkan, sejumlah upaya antisipasi dan penambahan lahan akan membuat produksi pangan terjaga.
Ditanya soal pantauan wilayah darurat kekeringan, Kementerian mesti detail melihat lingkupnya, apakah darurat kekeringan pertanian, air bersih ataukah yang lainnya. Sebab masalah kekeringan lingkupnya luas, tak hanya soal pertanian. Namun ditegaskannya, kekeringan terkendali di sektor pertanian. Hal tersebut disebabkan langkah antisipasi telah dilakukan sejak Desember 2014.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kering akan berlangsung hingga tiga bulan ke depan. Selanjutnya, hujan akan turun kondusif pada awal Desember 2015.
"Untuk pangan, pemerintah bisa mengintensifkan penanaman di bagian utara Indonesia," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya.
Dilaporkannya, El Nino yang dimulai sejak Maret 2015 tersebut saat ini telah masuk kategori kuat. Ia kebanyakan berdampak kekeringan di sebelah selatan khatulistiwa Indonesia meliputi Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Di samping itu, ketersediaan air tanah makin menipis di periode Agustus hingga November 2015. Penipisan air meliputi wilayah Sumatera Selatan, Palembang, Sumatera Selatan, Lampung bagian timur, Jawa, Bali, NTT, NTB dan Sulawesi.
Selanjutnya, yang mesti diperhatikan pemerintah yakni perhitungan pola tanam dikaitkan dengan keersediaan air di bendungan dan penampungan air lainnya. "Karena setiap El Nino pasti diikuti dengan hujan yang berlebihan," kata dia.
Terpisah, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Menpupera) Basuki Hadimuljono menyebutkan kondisi terkini soal ketersediaan air di musim kering. Di mana, dari 91 waduk yang dimonitor, 17 di antaranya mengalami kekeringan terutama untuk embung dengan kapasitas di bawah 500 meter kubik. "Tapi untuk PLTA ada di waduk besar, sampai saat ini masih aman,” tutur Menteri Basuki.
Untuk lahan sawah, lanjut dia, terdapat 7,4 juta hektar sawah terancam kekeringan terdiri atas irigasi teknis dan irigasi non teknis. Untuk irigasi teknis, ketersediaan air dijamin waduk-waduk besar seperti Kedungombo, Wonogiri Brantas dan Jatiluhur. Sedangkan yang saat ini mengalami kekeringan adalah sawah yang berasal dari non irigasi teknis sebab ia berjenis sawah tadah hujan.