Rabu 05 Aug 2015 20:34 WIB

Kementan: Masalah Jagung Kompleks

Rep: Sonia Fitri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang petani tengah memanen jagung miliknya (ilustrasi).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Seorang petani tengah memanen jagung miliknya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Muladno mengakui soal permasalahan jagung yang kompleks. Karenanya, pasokan produksi jagung di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan. Alhasil, importasi jagung pun terpaksa masih dilakukan.

"Kita masih mengimpor sekitar 3 juta ton, sedangkan kebutuhan kita itu sekitar 8 juta ton," ujarnya belum lama ini. Salah satu persoalan pasokan jagung yakni pemasarannya yang terpusat di Jawa dan Sumatera. Di sisi lain, pertumbuhan produksi rata-rata lima persen per tahun, sedangkan permintaan mencapai 12 persen.

Karenanya, Kementan ingin mendorong pemerataan persebaran produksi dan distribusi jagung hingga wilayah tengah dan timur Indonesia. Akan pula pengintegrasian petani jagung agar memiliki sentra produksi serta bekerja sama dengan perusahaan pakan ternak. Dengan penyatuan ini, kebutuhan jagung untuk industri pakan akan diperoleh secara terjangkau.

Upaya lainnya agar Indonesia mandiri jagung yakni merencanakan penambahan areal tanam jagung sebesar 1 juta hektare. "Pengurangan impor akan terjadi secara bertahap mulai tahun ini mengingat potensi penambahan produksi sekitar 5-6 juta ton," kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring. Penambahan luas tanam jagung 1 juta. Dari kegiatan tersebut, dialokasikan anggaran sebesar Rp 2,5 triliun.

Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II 2014, luas panen jagung sebesar 3,8 juta hektar dengan produktivitas sekitar 4,9 ton per hektar. Dengan begitu, produksi jagung tahun lalu diperkirakan sebesar 19,13 juta ton.

Sementara untuk produksi 2015, data Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi produksi jagung dalam negeri pada semester I 2015 mencapai 20,67 juta ton pipilan kering jagung. Angka tersebut naik 8,72 persen atau 1,66 juta ton dari periode sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement