REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 1,6 persen menjadi 11,82 triliun pada semester I-2015 dibandingkan semester I-2014 senilai Rp 11,72 triliun. Total pendapatan tercatat sebesar Rp 46,2 triliun atau tumbuh 19,5 persen dibandingkan Juni 2014 sebesar Rp 38,70 triliun.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, pertumbuhan laba single digit karena BRI memasukkan keuntungan di dana pencadangan atau provisi. Menurutnya, provisi dibentuk untuk jaga-jaga kalau ada peningkatan kredit bermasalah (NPL).
Saat ini, NPL gross tercatat 2,33 persen, provisi yang dibentuk mencapai 133 persen. Ke depan, BRI ingin menjaga provisi di level 150 persen. "Kenapa income tumbuh tapi laba turun, kita menurunkan total dari net profit yang sebelumnya dobel digit menjadi 1,6 persen. Kita akan tumbuh di semester kedua yang mulai menunjukkan pertumbuhan," jelas Haru dalam paparan kinerja di gedung BRI Jakarta, Jumat (31/7).
Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan, perolehan total pendapatan didukung peningkatan interest income (pendapatan bunga) yang mencapai Rp 39,9 triliun atau tumbuh 18,4 persen (yoy). Pendapatan bunga memberikan kontribusi sebesar 86,4 persen dari total pendapatan yang diraih BRI. Pendapatan non bunga tercatat tumbuh sebesar 46,9 persen (yoy) menjadi Rp 5,6 triliun.
Kenaikan pendapatan non bunga didominasi oleh peningkatan pendapatan jasa atau fee based income yang tumbuh 32,4 persen (yoy) menjadi Rp 3,5 triliun. "Penyumbang fee based income tertinggi pada transaksi e-banking yang tumbuh 80,4 persen (yoy) menjadi Rp 778,1 miliar," ujar Asmawi.
Asmawi menambahkan, pertumbuhan total aset BRI tercatat sebesar Rp 747,7 triliun atau tumbuh 20,2 persen (yoy) dibandingkan posisi Juni 2014 sebesar Rp 621,9 triliun. Menurutnya, pertumbuhan aset yang didominasi aset produktif turut memberikan dampak positif bagi perolehan total pendapatan dan laba bersih BRI.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso menambahkan, jika dilihat dari Desember 2014 sampai sekarang, kelihatan aset BRI turun signifikan. Menurutnya, hal itu sengaja dilakukan manajemen BRI.
Sebab, jika mencari deposito yang mahal sementara demand atau permintaan kreditnya belum tinggi. Sehingga BRI berhati-hati menyalurkan kredit yang tumbuh 9,7 persen (yoy) pada semester I-2015.
"Maka dana mahal itu ibaratnya kami keluarkan dari neraca kita, deposito dibuang. Kami cari dana murah (CASA) makanya naik. Jadi margin baik, NIM jadi 7,8 persen dari 7,5 persen," imbuhnya.