REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah harus terus membuat kebijakan untuk menyelamatkan industri dalam negeri. Jika tidak, deindustrialisasi bakal terjadi secara masif di Indonesia.
Peneliti Center of Reform on Economic (Core) Ina Primiana menyebut Indonesia menuju jurang deindustrialisasi. Salah satu indikator pentingnya adalah terus menurunnya kontribusi industri pengolahan terhadap produk domestik bruto (PDB).
Pada 2013, industri pengolahan masih memiliki kontribusi sebesar 29,1 persen terhadap PDB. Sedangkan pada kuartal I 2015, kontribusinya menurun menjadi 21,28 persen.
"Kalau kinerja industri tidak segera diangkat, Indonesia bisa-bisa benar mengalami deindustrialisasi," kata Ina dalam acara diskusi tengah tahun CORE di Jakarta, Selasa (28/7).
Indikator lain menurunnya kinerja industri adalah melambatnya pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia. Pada triwulan I 2015 misalnya, pertumbuhan merosot menjadi 3,87 persen dari 5,16 persen pada periode sama tahun lalu. "Ini adalah perbedaan yang cukup jauh," kata Ina.
Guru Besar Universitas Padjajaran tersebut menambahkan, indikator menyedihkan lainnya yakni menurunnya indeks tendensi bisnis dan indeks tendensi konsumen. Pada kuartal IV 2014, indeks tendensi bisnis masih berada di angka 104,07 yang artinya para pengusaha masih optimistis dengan kinerja industri. Namun, pada kuartal I 2015 turun menjadi 96,3 persen.
Penurunan itu berdampak kepada turunnya kapasitas produksi, jumlah jam kerja, dan penurunan pendapatan perusahaan. "Maka tidak heran kalau saat ini banyak terjadi pemutusan hubungan kerja," kata dia.