Senin 27 Jul 2015 14:26 WIB

Impor Gula Rafinasi Pengaruhi Produsen Nasional

Rep: c93/ Red: Satya Festiani
Gula Rafinasi (Illustrasi)
Foto: CORBIS
Gula Rafinasi (Illustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan kembali menerbitkan izin impor 600 ribu ton gula mentah untuk pabrik gula rafinasi. Alasannya, impor gula kembali dibuka untuk menjaga pasokan bagi industri makanan dan minuman. Ironisnya kebijakan tersebut dilakukan saat serapan gula domestik tidak maksimal dilakukan dan data neraca kebutuhan konsumsi gula tidak akurat.

"Perlunya proses data audit kebutuhan gula nasional di sinkronisasi antara pemerintah, produsen dan distributor. Jangan biarkan permasalahan dan polemik importasi gula ini berlarut-larut setiap tahun," kata Anggota DPR RI Komisi IV Rofi Munawar pada siaran pers yang diterima Republika, Ahad (26/7).

Selain itu, Rofi berharap pemerintah secara serius mengembangkan industri gula nasional sebagai basis produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik. Menurutnya, selama tidak ada komitmen tersebut, maka proses importasi gula rafinasi secara besar-besaran akan terus terjadi.

Rofi mengaku heran dengan pernyataan Mendag Gobel yang mengatakan importasi gula rafinasi dilakukan untuk mencegah beredarnya gula impor illegal. Padahal, peredaran gula illegal lebih kepada keseriusan dalam peningkatan kapasitas dan penegakan hukum. Selain itu, adanya peredaran gula illegal karena tidak kompetitifnya gula nasional secara umum akibat harga yang lebih tinggi dan sistem produksi belum efisien.

"Revitaliasasi industri gula nasional mendesak dilakukan, banyak pabrik gula nasional tertinggal secara teknologi dan berumur tua dan minim peremajaan. Importasi gula rafinasi bisa diminimalisir dengan kuatnya produksi serta efisiennya industri gula nasional. Selama itu tidak terjadi maka selama itu juga gula rafinasi impor akan membanjiri pasar lokal," tambah dia.

Legislator asal Jatim ini melanjutkan, masalah utama dalam industri gula nasional adalah rendahnya produksi akibat produktivitas dan efisiensi industri gula nasional secara keseluruhan, dari mulai hulu hingga hilir. Semakin menurunnya luas areal dan produktivitas tebu yang dihasilkan petani serta rendahnya produktivitas pabrik gula serta manajemen pabrik yang tidak efisien, adalah pemicu rendahnya produksi gula nasional.

"Selain itu rendahnya harga gula di pasar dunia akibat over produksi menyebabkan pasokan berlebih serta adanya kebijakan dari negara-negara eksportir, telah menyebabkan pelaku usaha dalam negeri lebih memilih membeli gula impor dibandingkan gula produksi domestik. Keadaan ini menyebabkan industri gula nasional menjadi semakin tidak berdaya menghadapi serbuan gula impor yang lebih murah," ucap Rofi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement