Sabtu 25 Jul 2015 16:17 WIB

Koperasi Sulit Berkembang di Indonesia, Ini Penyebabnya

Pengunjung melihat-lihat buku yang dijual di toko buku koperasi Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (15/6).
Foto: Republika/Prayogi
Pengunjung melihat-lihat buku yang dijual di toko buku koperasi Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (15/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (Akses) sebagai lembaga pencetak calon pemimpin dan kader di bidang sosial ekonomi, prihatin karena banyak akademisi kini tak lagi melirik koperasi sebagai ilmu yang penting.

Ketua Umum Akses Suroto mengatakan koperasi di Indonesia semakin sulit berkembang. Salah satunya karena sebagian besar akademisi tidak lagi melihat koperasi sebagai ilmu pengetahuan yang penting bagi masyarakat.

"Padahal, akademisi memegang peran yang sangat penting dan vital bagi perkembangan koperasi ke depan," ucapnya di Jakarta, Sabtu (25/7).

Akibat stagnannya koperasi, kata dia, keunggulan koperasi tertutupi dan hancur citranya. "Koperasi tidak lagi dipandang sebagai sistem bisnis yang alamiah dan kehilangan spritnya. Apalagi dipahami sebagai lawan tanding dari bisnis kapitalis," tuturnya.

Menurut dia, koperasi bisa saja diberi hak keistimewaan kembali tapi itu tidak akan banyak menolong. Sebab kekuatan koperasi itu seperti kekuatan nasib suatu masyarakat yakni bahwa koperasi hanya dapat diselamatkan oleh anggota koperasi itu sendiri.

"Sedangkan pemerintah tugasnya adalah menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan koperasi seperti memerangi mafia kartel, menciptakan koperasi yang sehat dengan lakukan supervisi yang ketat, memperbaiki citra, mempromosikan semangat dan keunggulan sistem koperasi, hingga tidak melakukan diskriminasi dalam bentuk regulasi atau kebijakan," ujarnya.

Dengan begitu, Suroto menegaskan, masyarakat pada akhirnya akan mengambil koperasi sebagai pilihan bukan karena paksaan apalagi hanya semata agar disebut populis kerakyatan. Ia mencatat koperasi di Indonesia mengalami dua tantangan utama yakni dihujat para aktifis sosial karena koperasi dianggap sebagai alat pemerintah dan dianggap telah gagal.

"Kedua, koperasi akan diperankan kembali secara lebih kuat oleh aktifis politik untuk mendapatkan popularitas dan benefit proyek bagi kepentingan mereka dengan berjualan slogan ekonomi kerakyatan," katanya. Karena itu, Askes meminta akademisi di Tanah Air untuk memperbesar perannya dalam pengembangan koperasi Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement