Jumat 24 Jul 2015 20:41 WIB

Pelemahan Rupiah Dipengaruhi Faktor Eksternal

Rep: Binti Sholikah/ Red: Muhammad Hafil
Bank Indonesia
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah semakin terdepresiasi di level Rp 13.447 per dolar AS pada penutupan berdasarkan Bloomberg Dollar Index, Jumat (24/7). Rupiah melemah 0,20 persen atau 27 poin dibandingkan penutupan Kamis (23/7) sebesar Rp 13.420 per dolar AS.

Pada perdagangan Jumat, rupiah dibuka di level Rp 13.440 per dolar AS. Rupiah sempat anjlok mencapai Rp 13.474 per dolar AS pada sekitar pukul 12.40 WIB.

Sedangkan menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, kurs tengah rupiah berada di level Rp 13.448 per dolar AS pada Jumat. Rupiah melemah 54 poin dibandingkan kurs tengah pada Kamis sebesar Rp 13.394 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, nilai tukar saat ini banyak dipengaruhi faktor eksternal. Di Amerika, angka tenaga kerja sudah membaik sehingga membuat investor percaya akan ada penyesuaian Fed Fund Rate (FFR). Gubernur the Fed sudah mengatakan akan menyesuaikan FFR dengan prudent dan gradual. Dunia melihat mungkin September akan ada penyesuaian FFR, yang membuat semua investor memberi perhatian ke AS.

Kondisi di Amerika, lanjutnya, juga didukung perkembangan Yunani. Parlemen di Yunani sudah mendukung adanya restrukturisasi utang. Restrukturisasi penyehatan perbankan maupun sistem hukum yang sudah disetujui dinilai sebuah pertanda baik. Meskipun pinjaman untuk refinancing masih butuh negosiasi.

"Kondisi ini yang membuat penguatan dolar AS. Mata uang lain termasuk rupiah kurang lebih sama tapi karena ada penguatan dolar tentuberdampak ke mata uang lain," kata Agus di gedung Bank Indonesi, Jumat (24/7).

Agus menambahkan, secara week to date rupiah terdepresiasi 0,58 persen. Menurutnya, negara lain seperti Thailand dan Singapura terdepresiasi lebih dari itu.

Agus menegaskan, Bank Indonesia akan selalu ada di pasar. Namun, Bank Indonesia tidak menargetkan tingkat tertentu. Melainkan akan menjaga volatilitas dan menjaga tingkat kepercayaan masyarakat.

Agus membenarkan adanya tekanan terhad ap rupiah, tapi tekanan lebih bersifat dari luar negeri. Pasar Cina yang melemah dan harga komoditas melemah berdampak pada ekspor Indonesia.

"Bank Indonesia selalu ada di pasar dan menjaga rupiah dan menjaga volatilitas pada batas yang sehat. Koordinasi dengan pemerintah selalu dilakukan," lanjutnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement