REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin merosot akibat ketegangan di Timur Tengah yang memicu aksi safe haven. Pada awal perdagangan Rabu, rupiah dibuka turun 4 poin atau 0,03 persen menjadi Rp 15.210 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.206 per dolar AS.
"Sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat negatif, indeks saham AS dan Eropa ditutup turun. Serangan Iran ke Israel menaikkan ketegangan di Timur Tengah, memicu aksi safe haven," kata Ariston, Rabu.
Namun, menurut Ariston, pagi ini kondisi tidak terlalu negatif di pasar. Indeks pasar Asia sebagian bergerak menguat dan nilai tukarnya juga menguat terhadap dolar AS. Hal itu mungkin bisa menahan rupiah tidak terlalu melemah.
"Pasar mungkin melihat kalau Iran tidak akan mendapat dukungan internasional bila terjun dalam perang," ujarnya.
Ia memproyeksikan rupiah melemah lagi hari ini ke arah Rp 15.250 per dolar AS, dengan potensi penguatan ke arah Rp 15.180 per dolar AS.
Sebelumnya pada Selasa (1/10/2024), nilai tukar rupiah ditutup melemah 66 poin atau 0,44 persen menjadi Rp 15.206 per dolar AS. Ini diduga akibat pernyataan hawkish dari Ketua Bank Sentral AS atau The Fed Jerome Powell.
Powell mengingatkan para investor agar tak berharap apabila The Fed ke depannya akan kembali memangkas suku bunga sebesar 50 basis points (bps). Ketua Bank Sentral AS tersebut mengindikasikan kemungkinan lebih besar adalah pemotongan 25 bps.