Kamis 23 Jul 2015 15:48 WIB

Kebutuhan Dolar AS Meningkat, Eksportir Harus Bersedia Jual Dolarnya

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Satya Festiani
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus menurun.
Foto: Prayogi/Republika
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus menurun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi dan Pasar Uang Farial Anwar mengatakan, meningkatnya kebutuhan dolar tanpa dibarengi persediaan yang cukup menjadi salah satu penyebab melemahnya mata uang rupiah. Menurutnya, saat ini semua orang justru berlomba untuk menyimpan dolar.

Farial menyatakan, seharusnya eksportir dapat menjual hasil devisanya yang berupa dolar AS ke dalam negeri. "Sayangnya mereka juga nggak mau, dan lebih memilih menyimpan dolarnya di Singapura," jelasnya, kepada Republika, Kamis, (23/7).

Ia menjelaskan, selama ini hanya Bank Indonesia (BI) yang mengeluarkan dolar AS melalui intervensi. Hanya saja, hal itu membuat cadangan devisa terus turun hingga sekarang di bawah 110 miliar dolar AS.

"Sampai kapan BI kuat mengintervensi? Cadangan devisa itu seharusnya dijaga selama enam bulan untuk impor barang dan bayar utang pemerintah," tegas Farial. Ia menambahkan, berita dari dalam dan luar negeri membuat sentimen rupiah semakin negatif.

Apalagi pasar telah kehilangan kepercayaan pada pemerintah. Menurutnya, bila kondisi ini terus terjadi tak menutup kemungkinan rupiah bisa tembus Rp 14 ribu per dolar AS, dan itu dapat semakin menghilangkan kepercayaan pasar serta berpotensi terjadi krisis ekonomi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement