REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan, pertumbuhan ekonomi global tampaknya masih cenderung di bawah perkiraan semula. Hal ini karena pasar keuangan global masih dalam kondisi tak pasti.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, penyebab utama kecenderungan bias ke bawah adalah perkiraan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang tak setinggi perkiraan awal. "Ekonomi tiongkok juga masih melambat," tambahnya, dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa, (14/7).
Menurutnya, meski terdapat indikasi awal perbaikan, namun perekonomian AS diprediksi bakal lebih rendah dari proyeksi semula. Hal itu didorong oleh realisasi kuartal I 2015 yang rendah, ditambah pelemahan ekspor serta investasi.
"Ketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di AS pun masih terus berjalan sedangkan Perekonomian Tiongkok melambat," tutur Tirta. Meski begitu, beberapa indikator moneter mulai menunjukkan perbaikan, sejalan dengan berbagai kebijakan pelonggaran yang ditempuh.
Ia menambahkan, perekonomian Eropa justru membaik, sebab ditopang oleh permintaan domestik yang meningkat di tengah berlangsungnya krisis Yunani. Maka perekonomian dunia yang bias ke bawah pun berdampak pada menurunnya harga komoditas internasional, kendati harga minyak dunia meningkat secara gradual.
Di pasar keuangan global sendiri, ketidakpastian kenaikan suku bunga FFR di AS. Ditambah krisis Yunani dan anjloknya saham Cina, memperlihatkan risiko di pasar keuangan global masih tinggi.