Selasa 07 Jul 2015 09:04 WIB

Indonesia Bisa Salip Industri Takaful Saudi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas melayani nasabah di kantor pelayanan Asuransi Takaful Keluarga , Jakarta, Rabu (18/3).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melayani nasabah di kantor pelayanan Asuransi Takaful Keluarga , Jakarta, Rabu (18/3).

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Asia Tenggara potensial untuk mengembangkan pasar asuransi syariah (takaful) mengingat masih rendahnya kesadaran dan penetrasi asuransi di sana.

Berdasarkan laporan terbaru lembaga konsultasi dan riset bisnis EY (yang sebelumnya Ernst & Young) berjudul 'Global Takaful Insights', aset industri takaful secara global akan mencapai 20 miliar dolar AS pada 2017 dari 14 dolar AS tahun lalu dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Malaysia sebagai pemain utama.

Pangsa pasar dua negara Asia Tenggara, Malaysia dan Indonesia, mencapai 30 persen dan Arab Saudi 48 persen. Laporan ini menyebut Malaysia dan Indonesia bisa mengejar Arab Saudi mengingat masih besarnya populasi yang belum terlayani takaful dan ekonomi yang sedang tumbuh.

"Motor ASEAN, Malaysia dan Indonesia, akan jadi kunci pasar takaful jika kanal pemasaran diperluas dan infrastruktur regulasi diperkuat,'' tulis laporan itu seperti dikutip Gulf Times, beberapa waktu lalu.

Di Malaysia, industri bertekad untuk meningkatkan pemegang polis dalam lima tahun ke depan. Ketua Asosiasi Takaful Malaysia Ahmad Rizlan Azman mengatakan, industri menargetkan peningkatan pangsa pasar hingga 25 persen dari 14 persen di akhir 2014 dengan peningkatan konsumen menjadi 8,4 juta orang pada 2020 dari empat juta orang.

Dalam laporan 'The Way Forward for Takaful' yang dibuat lembaga konsultan bisnis Deloitte mencatat, perbaikan teknik pemasaran asuransi umum dan takaful di pasar Indonesia dan Malaysia sangat dibutuhkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement