Kamis 02 Jul 2015 22:45 WIB

Menkeu Petik Hikmah dari Krisis Yunani

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Yudha Manggala P Putra
Menkeu Bambang Brodjonegoro.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menkeu Bambang Brodjonegoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan ada hikmah yang harus dipetik Indonesia dari krisis Yunani. Bambang menyebut Yunani mengalami krisis karena tidak bisa menjaga ketahanan fiskal.

Bambang menceritakan, Yunani jemawa dalam menetapkan kebijakan fiskal. Salah satunya mengenai defisit anggaran.

Yunani, kata Bambang, terlalu berani membuat defisit anggaran hingga mencapai delapan persen. Namun, Yunani lebih mengandalkan utang dalam menutup defisit anggaran tersebut. Karena itulah, rasio utang Yunani terhadap Produk Domestik Bruto bisa mencapai 80 persen.

"Karena negara-negara Eropa mudah mendapatkan utang, mereka tidak serius mengumpulkan pajak. Yunani terlalu bergantung terhadap utang," kata Bambang di kantor Direktorat Jenderal Pajak, Kamis (2/7).

Krisis mulai mengancam ketika surat utang Yunani dianggap tidak prospektif oleh para investor. Hal ini yang kemudian membuat Yunani akhirnya tidak bisa membayar utang-utangnya karena investor tak mau menanamkan modalnya.

Yunani pun akhirnya harus kalang kabut karena sejak awal tidak gencar dalam mengumpulkan penerimaan melalui pajak.

"Ketika surat utang Yunani tidak prospektif, mereka bingung mau menutup utang darimana karena mereka tidak biasa menarik pajak. Akhirnya mereka jatuh," ucap Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement