REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Handaka Santosa mengatakan, memasuki Ramadhan jumlah kunjungan masyarakat di pusat perbelanjaan mulai meningkat sampai 10 persen. Padahal, pada bulan-bulan sebelum Ramadhan yakni Januari sampai Mei kenaikan pengunjung hanya sampai 5 persen.
"Penjualan tertinggi biasanya memang terjadi di bulan puasa sampai Idul Fitri," ujar Handaka kepada Republika, Senin (29/6).
Handaka menjelaskan, pada periode Januari sampai Mei 2015 lalu, APPBI sempat khawatir karena terjadi perlambatan di sektor retail. Biasanya pada periode tersebut jumlah pengunjung bisa meningkat sampai 11 persen, namun tahun ini hanya mencapai 5 persen.
Akan tetapi, memasuki Ramadhan dan Idul Fitri lambat laun sudah mulai ada perbaikan, karena daya beli masyarakat sudah lebih baik. Menurut Handaka, hal ini dipicu oleh adanya penyerapan APBN oleh pemerintah dan percepatan proyek-proyek pembangunan.
"Kami berharap, belanja pemerintah bisa cepat karena pertumbuhan ekonomi negara tidak bisa bergantung dari swasta saja," kata Handaka.
Handaka menjelaskan, pada 2015 ini APPBI menargetkan pertumbuhan pusat belanja bisa meningkat sampai 10 persen. Menurutnya, target peningkatan tersebut cenderung lebih kecil dari realisasi sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, kenaikan tarif dasar listrik dan pelemahan rupiah sehingga masyarakat malas berbelanja. Handaka mengatakan, pertumbuhan pusat belanja pada 2014 dibandingkan 2013 naik 10 persen namun masih di bawah 15 persen. Sementara, pada tahun-tahun sebelumnya pertumbuhan bisa mencapai 15 persen.
"Pertumbuhan ekonomi kita tergantung pada konsumsi domestik," ujar Handaka.