REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsolidasi anjungan tunai mandiri (ATM) bank-bank BUMN segera terwujud tahun ini. Bank-bank BUMN bakal membuat proyek percontohan (pilot project) pada akhir bulan Juni.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, tekait konsolidasi ATM, Menteri BUMN Rini Soemarno sudah meminta kepada bank-bank BUMN supaya lebih cepat. Sebanyak 50 ATM milik empat bank BUMN yakni Bank Mandiri, BRI, BNI dan BTN disiapkan bersama-sama dengan nama Himbara berwara dasar merah putih.
"Untuk infrastruktur kita sudah tidak ada masalah sama sekali karena sekarang masing-masing sudah punya data 10 ribu (mesin ATM), kan tinggal nambah 50 buat kita tidak terlalu perlu nambah infrastruktur yang besar," kata Budi.
Budi menambahkan, melalui konsolidasi ATM, bakal membuat efisiensi biaya operasional perusahaan. Satu ATM yang tadi beli sendiri bisa dibeli berempat. Jika satu mesin ATM butuh biaya 6.000-7.000 dolar AS, sekarang bisa dibagi empat sehingga lebih murah.
Sedangkan untuk biaya transfer, nasabah akan diuntungkan. Sebab, nasabah keempat bank tidak dikenakan biaya administrasi jika bertransaksi di ATM Himbara.
Sebelumnya, Senior EVP Transaction Banking Bank Mandiri Rico Usthavia Frans mengatakan konsolidasi ATM akan membuat efisiensi biaya operasional mencapai 75 persen. Dia menyebutkan investasi Bank Mandiri untuk pengadaan mesin ATM mencapai 2.000-4.000 unit per tahun. Tahun ini, Bank Mandiri melakukan pengadaan mesin ATM sebanyak 3.500 unit.
Rico merinci, setiap satu mesin ATM, biaya operasional per bulan mencapai Rp 16 juta, yang paling mahal adalah biaya pengisian uang. Sedangkan biaya pengadaan mesin ATM mencapai 7.000 dolar AS.
Sebelumnya, perkawinan bisnis sudah terjadi antara Bank Mandiri, BRI dengan BNI di layanan mesin gesek atau electronic data capture (EDC). Mesin EDC tersebut berkonsolidasi di bawah logo Link pada Agustus 2014.