Kamis 18 Jun 2015 15:04 WIB

Truk Perlu Teknologi Baru agar tidak Overtonase

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Djibril Muhammad
Sejumlah truk kontainer melintas di jalan Cilincing Raya, Jakarta Utara, Sabtu (15/1).
Foto: Republika
Sejumlah truk kontainer melintas di jalan Cilincing Raya, Jakarta Utara, Sabtu (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Bidang Distribusi dan Jasa Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman mengatakan, selama ini agen tunggal pemegang merek (ATPM) Jepang belum mau memberikan alternatif kendaraan truk lain untuk mengatasi masalah overtonase.

Apalagi, truk-truk yang beroperasi di Indonesia sebagian besar mengangkut logistik yang menjadi kebutuhan bahan pokok. "Sebetulnya, teknologinya sudah ada tapi ATPM bilang kalau pakai teknologi lain yang beli siapa," ujar Kyatmaja di Jakarta, Kamis (18/6).

Kyatmaja mengatakan, selama ini jalan rusak selalu dikaitkan dengan truk logistik yang kelebihan muatan. Padahal, tekanan gandar jalan merupakan komponen penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah.

Selama ini, tekanan gandar jalan raya di Indonesia hanya sekitar 6 ton. Sementara, di sejumlah negara maju tekanan gandarnya sudah mencapai 8 ton sehingga aktivitas logistik yang diangkut oleh truk dapat berjalan dengan baik.

Kyatmaja mengatakan, apabila jumlah muatan truk pengangkut barang dikurangi maka dapat berpengaruh terhadap suplai barang dan harga. Apalagi, barang yang diangkut oleh truk-truk tersebut sebagian besar merupakan bahan pokok.   

"Kalau muatan truk yang seharusnya 20 ton dikurangi menjadi 10 ton, maka suplainya akan berkurang dan tidak menutup kemungkinan harga di pasaran akan naik," kata Kyatmaja.

Kyatmaja mengatakan, akan ada pembicaraan lanjutan antara asosiasi, ATPM, dan pemerintah mengenai masalah over tonase tersebut. Menurutnya, pengangkutan logistik melalui tol laut dan kereta api memang efektif namun untuk menjangkau daerah-daerah terpencil peran truk tetap dibutuhkan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement