Senin 15 Jun 2015 13:06 WIB

Produksi Kapas Dunia Meningkat, tapi Permintaan Menurun

Rep: C91/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pohon kapas
Pohon kapas

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Musim gugur tahun ini, panen kapas diprediksi meningkat di Texas dan India. Sayangnya, pasar kapas senilai 2,7 miliar dolar AS bakal tertekan karena melemahnya impor Cina.

Konsumen kapas terbesar di dunia itu, kini memesan lebih sedikit, demi mengurangi pasokannya. "Kita kelebihan kapas sedunia," ujar Konsultan Manajemen risiko berbasis Nashville, Chris Kramedjian, seperti dikutip The Wall Street Journal.

Menurutnya, dalam pasar kapas, perpaduan antara pertumbuhan tanaman yang baik, serta dukungan besar dari pemerintah telah memicu panen masif dalam beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, permintaan kapas menurun akibat peralihan konsumen ke serat secara sintesis.

Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS) memperkirakan pasokan kapas sedunia akan menurun dalam tahun tanam selanjutnya, yang dimulai 1 Agustus mendatang. Pelemahan diprediksi sampai 106,3 juta bale atau setara dengan 129 miliar kaus katun. Satu bale sendiri berarti 217 kilogram.

Pada Selasa lalu, permintaan kapas untuk pengiriman Juli, turun 0,25 sen atau 0,4 persen menjadi 64,55 sen per pon di bursa ICE Futures. Kemudian harga acuan AS pada Januari turun menjadi 57,3 sen per pon, angka tersebut terendah sejak Juni 2009.

Pasar kini mulai melirik India, yang diperkirakan tahun depan memproduksi kapas hingga melebihi Cina. Hal itu akan jadi pertama kalinya sejak 1963.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement