Jumat 05 Jun 2015 17:32 WIB

Harga Karet Anjlok, Petani Diminta Terapkan Sistem Tanam Tumpang Sari

Rep: Sonia Fitri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kebun Karet
Foto: Republika/Darmawan
Kebun Karet

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menyusul harga karet dunia yang terus mengalami penurunan, Kementerian Pertanian (Kementan) meminta para petani karet melakukan antisipasi dengan menerapkan sistem tanam tumpang sari. Hal tersebut mengingat keberadaan para petani karet di Indonesia skala kecil yang jumlahnya mendominasi, yakni 95 persen.

“Sistem tumpang sari bisa dengan tanaman pangan lain seperti jagung dan kedelai, jadi ketika harga turun, petani bisa dapat untung dari hasil tanaman pangan tumpang sari tadi,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan Irmijati R Nurbahar pada Jumat (5/6).

Adapun Kementan akan melakukan re-planting terhadap perkebunan karet rakyat mengingat usia tanaman karet yang kebanyakan telah berusia tua yakni lebih dari 30 tahun. hal tersebut menyebabkan penurunan produktivitas getah karet nasional.

Akan pula dilakukan pengurangan ekspor karet dalam bentuk mentah. Dari total produksi karet mentah nasional per tahun mencapai 31 juta ton, hanya terserap 20 persen untuk kebutuhan domestik, sisanya diekspor.

Seperti diketahui, harga karet dunia terus anjlok akibat kelebihan produksi dari sejumlah negara penghasil karet dunia. Berdasarkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), harga karet mentah di pasar domestik Rp 20.964/kg. Padahal, dibandingkan 2011, harga karet mentah mencapai 4,6 dolar AS per kilogram atau senilai dengan Rp 59.800 per kilo.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Selatan Fakhrurrazi meminta agar pemerintah memperhatikan petani karet agar tak tergerus dominasi bisnis pengusaha karet berskala besar. Terlebih di tengah harga karet yang tengah jatuh. “Petani perlu diberikan insentif dan dukungan modal usaha,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement