REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Dana Moneter Internasional (IMF) meminta Bank Sentral AS, The Federal Reserve, untuk menunda kenaikan suku bunga (Fed Rate) setidaknya hingga paruh pertama 2016 menunggu kenaikan upah dan inflasi. Sikap IMF ini disampaikan dalam sebuah laporan menyusul sinyal dari sejumlah Anggota Dewan Gubernur The Fed yang juga menilai harus ada penundaan kenaikan suku bunga hingga perbaikan ekonomi AS lebih stabil.
Data terakhir ekonomi AS menunjukkan perlambatan di level 0,7 persen di triwulan pertama 2015. "Berdasarkan prakiraan makroekonomi, pertumbuhan dan inflasi, kenaikan suku bunga baru bisa dilakukan pertengahan 2016," demikian disampaikan IMF seperti dikutip Reuters, Kamis (4/6).
Gubernur The Fed Janet Yellen meyakini pertumbuhan ekonomi AS berjalan di jalur yang benar dan menaikan suku bunga tahun ini adalah tindakan tepat. Meskipun, Anggota Dewan Gubernur The Fed seperti Lael Brainard, melihat kenaikan suku justru meningkatkan kecemasan terhadap pertumbuhan ekonomi. The Fed menduga, target inflasi dua persen yang ditetapkan The Fed baru akan dicapai pertengahan 2017.
"Perbaikan kondisi mendatang bisa jadi dorongan untuk menaikkan suku bunga. Inflasi pun bisa saja mencapai 2,5 persen, di atas target jangka menengah The Fed," ungkap IMF.
Perpanjangan era suku bunga nol membuat aset keuangan di AS diburu meski IMF melihat ini rapuh. IMF juga memperingatkan migrasi intermediasi keuangan ke lembaha non bank yang regulasinya lebih longgar dan kurang likuid yang bisa mengarah pada perubahan harga pasar yang tidak diinginkan. Karena itu, IMF menyarankan agar segera digelar koordinasi semua regulator yang tergabung salam Komite Penanganan Stabilitas Keuangan (FSOC) untuk menentukan antisipasi dan langkah yang jelas.