REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KDB Daewoo Securities optimistis pertumbuhan ekonomi akan meningkat pada semester II 2015. Rupiah diperkirakan akan menguat ke level Rp 12.913 per dolar AS. Namun, rata-rata secara tahunan rupiah akan di level Rp 13.200.
Rupiah melemah ke level Rp 13.281 per dolar AS pada penutupan Kamis (4/6). Pelemahan tersebut merupakan yang terparah selama 17 tahun terakhir. Pelemahan yang lebih parah terjadi pada 7 Agustus 1998.
Kepala Riset KDB Daewoo Securities Taye Shim mengatakan, pelemahan rupiah terjadi didorong oleh kombinasi antara pelemahan pertumbuhan ekonomi dan larinya dana asing secara berkepanjangan.
Taye menuturkan, hal itu mempercepat aksi jual aset Indonesia yang dilakukan oleh asing dan menyebabkan repatriasi dana. Rupiah melemah 5,9 persen secara tahunan. Hal tersebut merupakan yang terparah di Asia.
Pada 1998 krisis moneter Asia rupiah bertengger di level Rp 16.650 pada 17 Juni 1998. Lalu, penurunan Presiden Abdurrahman Wahid per dolar AS Rp 12 ribu pada 26 April 2001. Selanjutnya, pada krisis ekonomi global pada 2008 rupiah di level Rp 12.650 per dolar AS.
Menurut Taye, pelemahan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2015 dan tren ekonomi makro yang tidak baik pada dua bulan perdana pada kuartal II 2015 menjadi penyebab utama kaburnya investasi asing. Ditambah lagi peningkatan suku bunga global telah mendorong investor untuk berpikir ulang meninvestasikan dana dalam jangka panjang di negara berkembang.