Selasa 26 May 2015 19:53 WIB

BI: Jelang Ramadhan Harusnya Harga tidak Naik

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pasar Sembako
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Pasar Sembako

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs menyatakan, menjelang bulan puasa dan lebaran seharusnya tidak ada kenaikan harga barang. Sebab, pemerintah telah melakukan koordinasi terkait permintaan (demand) dan persediaan (supply) barang.

"Jelang ramadhan ini kita upayakan sosialisasikan dan komunikasikan kepada masyarakat, menjelang ramadhan ini harusnya harga tidak naik. Karena kita sudah koordinasikan supply dan demand dijaga dengan baik," jelas Peter kepada wartawan di Gedung Bank Indonesia, Senin (25/5).

Menurutnya, Bank Indonesia telah berkoordinasi dengan pemerintah untuk memastikan saat lebaran dan ramadhan tidak harus ada kenaikan harga barang. Jika terjadi kenaikan permintaan, pemerintah akan menambah suplai, supaya tidak harus ada kenaikan harga.

Namun, jika para pedagang sudah menaikkan harga, diperlukan sosialisasi ekstra kepada para pedagang dan suplier. "Jadi ketika lebaran ramadhan tidak terjadi kenaikan harga, paling tidak inflasinya rendah," ujarnya.

Peter menjelaskan, inflasi di Indonesia terjadi karena banyak hal, seperti proses distribusi, proses suplai, gagal panen. Dari sisi suplai barang yang kurang, bisa menimbulkan kenaikan harga. Tapi jika kondisi saat ini harga bahan kelompok inti dan bahan makanan bergejolak (volatile food) turun itu lebih disebabkan hasil panen bagus.

Sehingga pemerintah menjaga supaya suplainya bagus,agar tidak ada inflasi dari sisi suplai. Namun, inflasi juga bisa terjadi dari sisi demand misalnya ada peningkatan uang beredar.

Bank Indonesia optimistis target inflasi sebesar 4 plus minus 1 persen pada 2015 dan 2016 akan tercapai. Meskipun posisi inflasi April sebesar 6,79 persen (yoy).  Karena, penyebab-penyebab inflasi seperti kenaikan kelompok barang dan jasa yang harganya diatur pemerintah (administered prices) sudah berkurang.

Meski demikian, risiko inflasi masih terus diwaspadai. Salah satunya dari faktor nilai tukar, kenaikan harga minyak dunia, pola distribusi karena gagal panen atau el nino, serta adanya situasi yang menyebabkan distribusi barang berkurang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement