REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berkesimpulan beras plastik yang banyak diberitakan tidak ada dan meminta masyarakat tidak resah.
"Kami berkesimpulan beras plastik tidak ada, kami imbau masyarakat tidak resah kalau ada yang dicurigai silahkan lapor untuk dilakukan pengecekan. Kami minta masyarakat tenang," kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dalam jumpa pers bersama Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel dan Kepala BPOM Roy A Sparringa di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (26/5).
Kapolri menjelaskan adanya beras plastik berawal dari laporan pembeli beras di sebuah toko di daerah Bekasi. Beras kemudian dimasak oleh adik pembeli dan setelah dimasak dan dimakan terasa mual dan sakit perut karena berasa nasi basi.
Kondisi itu kemudian diunggah ke media sosial dan email (surat elektronik) ke berbagai alamat, termasuk BPOM. Namun yang ke BPOM tidak sampai karena alamatnya kemungkinan salah.
Pada 19 Mei 2015, konsumen beras itu mengundang media massa dan melaporkan ke Polsek setempat (Bantargebang). Kemudian beras termasuk yang sudah dimasak diamankan. Disperindag Kota Bekasi kemudian membawa sampel itu ke Sucofindo untuk diperiksa. Puslabfor Polri, Kementan, Kemendag dan BPOM juga mengambil sampel yang sama untuk diperiksa.
"Dari hasil pemeriksaan yang di Sucofindo menyebutkan positif sehingga Wali Kota mengatakan positif kandung plastik," katanya.
Namun hasil di Pulabfor Polri, BPOM, Kemendag dan Kementan negatif, tidak ada unsur plastik.
"Kami pastikan beberapa lembaga terakhir tidak salah ambil sampel. Kami minta ke sampel yang tersisa di Sucofindo hasilnya negatif," katanya.
Sementara itu Kepala BPOM Roy Sparringa mengatakan hasil laboratorium lembaga itu juga menyatakan negatif.
"Kami imbau masyarakat tenang. Kami melalui instansi di daerah bekerja sama dengan daerah kawal dan siap uji beras yang dicurigai," katanya.
Sementara Mendag Rachmat Gobel mengatakan dari hasil diskusi dengan mitra di Malaysia dan Cina, tidak ada beras plastik.
"Saya tanya juga ke Mendag China tidak ada (beras plastik)," katanya.
Ketika ditanya mengapa ada perbedaan hasil uji Sucofindo dengan lab lainnya, Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengatakan ada perbedaan metode analisis sehingga memunculkan penafsiran yang berbeda.
"Bisa juga karena kontaminasi alat yang digunakan. Tindakan selanjutnya kami diskusikan dengan laboratorium masing-masing," katanya.