REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arus investasi bidang pariwisata terus diarahkan ke Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satunya melalui Pameran dan Forum Investasi di Mataram yang diselenggarakan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Ini mengingat pariwisata sebagai sektor ekonomi yang paling cepat menghasilkan devisa, sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat, didukung kondisi NTB dan NTT yang memang layak untuk jadi kawasan destinasi.
"Bali yang sudah menikmati kue manis sektor pariwisata, semoga NTB dan NTT dapat menyusul," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengakhiri gelaran Roadshow Investasi 3 Kota Kegiatan Gelar Potensi Investasi Daerah (GPID) dan Regional Investment Forum (RIF) di Mataram, NTB pada 21-22 Mei, sebagaimana disebut dalam rilis.
Dikatakannya, selain pariwisata, investasi untuk sektor padat karya, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terus didorong pula. Sebab disebut dapat menyerap 1,5 juta tenaga kerja, sementara industri alas kaki dapat menyerap 750 ribu tenaga kerja.
Sektor lain yang potensial didorong adalah industri pengolahan ikan di mana setiap ketersediaan bahan baku 1 juta ton dapat menyerap 500 ribu tenaga kerja.
Karena pentingnya dua faktor tersebut, pemerintah juga menargetkan terciptanya dua juta lapangan kerja setiap tahun serta realisasi investasi Rp 519,5 Triliun di 2015.
Rinciannya investasi di wilayah Jawa sebesar 282,6 Triliun, Bali dan Nusa Tenggara Rp 19 Triliun, dan Papua sebesar Rp 33,2 Triliun.
“Potensi wisata Bali sudah sangat jelas, Tinggal bagaimana dapat ditingkatkan kualitasnya melalui sinergi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif," ujarnya.