Rabu 13 May 2015 20:20 WIB

Menteri ESDM takkan Perpanjang Tim Migas

 Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kanan), bersama sejumlah anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas  memberikan keterangan pers terkait komposisi sumber BBM di Indonesia di Kementrian ESDM, Jakarta, Ahad (21/12).(Republika/Yasin Habibi)
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kanan), bersama sejumlah anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas memberikan keterangan pers terkait komposisi sumber BBM di Indonesia di Kementrian ESDM, Jakarta, Ahad (21/12).(Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri ESDM Sudirman Said menyepakati tidak memperpanjang tugas Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang berakhir pada 13 Mei 2015.

"Kami sepakat tugas Tim selesai sampai hari ini 13 Mei," katanya dalam jumpa pers yang juga dihadiri sejumlah Anggota Tim Reformasi Migas di Jakarta, Rabu (13/5).

Tim Reformasi Migas yang hadir antara lain Ketua Faisal Basri, Wakil Ketua yang juga Dirjen Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja, dan Sekretaris yang juga Kepala Biro Kementerian ESDM Susyanto.

Anggota Tim yang hadir adalah Fahmi Radhy, Agung Wicaksono, Djoko Siswanto, Dendi Prasetya, dan Parulian Sihotang. Anggota yang tidak hadir adalah Daniel Purba, Darmawan Prasojo, Rofikoh Rokhim, Teten Masduki, dan Chandra Hamzah.

Sudirman menambahkan, sebenarnya pihaknya meminta Tim memperpanjang tugasnya terutama untuk mengawal proses RUU Migas.

"Namun, kami melihat rekomendasi Tim bisa menjadi masukan RUU Migas," katanya.

Tim Reformasi Migas yang dibentuk 16 November 2014 bertugas secara ad hoc selama enam bulan. Kantornya di Jalan Plaju, Jakarta Pusat memiliki empat tugas pokok.

Pertama, mengkaji seluruh kebijakan dan aturan main tata kelola migas dari hulu hingga hilir yang memberi peluang mafia migas beroperasi secara leluasa. Lalu, menata ulang kelembagaan, termasuk memotong mata rantai birokrasi yang tidak efisien.

Ketiga, mempercepat revisi UU Migas dan memastikan seluruh subtansinya sesuai dengan konstitusi dan memiliki keberpihakan yang kuat terhadap kepentingan rakyat. Terakhir, mendorong lahirnya iklim industri migas di Indonesia yang bebas dari para pemburu rente (mafia).

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement