Senin 11 May 2015 21:50 WIB

China Jajaki Investasi Program Sejuta Rumah Indonesia

Rep: Agus Raharjo/ Red: Djibril Muhammad
Perumahan, ilustrasi
Perumahan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan China semakin mesra. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sepertinya mendekatkan Indonesia ke Negeri Tirai Bambu ini dengan kunjungannya. Terlebih dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) kemarin, Jokowi terlihat selalu bersama dengan Presiden China, Xi Jinping. Kedekatan Indonesia-China ini membuka keran investasi China ke Indonesia.

Terakhir, beberapa perusahaan China menjajaki kemungkinan investasi program satu juta rumah Jokowi. Perusahaan itu adalah Beijing Set Force Technology Development Co Ltd dan China Railway Enggineering Design Institute Co. Ltd. Mereka menilai program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Jokowi memiliki investasi yang tinggi serta meningkatkan kerjasama kedua negara untuk masa mendatang.

Perwakilan Beijing Set Force Technology Development Co Ltd, Lei Guan Ling mengungkapkan, perusahaannya sudah lama berkecimpung di sektor pembangunan perumahan di China.

Di China, mereka menerapkan teknologi rumah dengan sistem panel yang dikembangkan perusahaannya. Harapannya, dengan teknologi sama, dapat membantu pemerintah Indonesia memercepat program hunian 1 juta rumah.

Teknologi tersebut telah digunakan oleh pemerintah China sejak tahun 2011 lalu dan telah berhasil untuk membangun jutaan rumah bagi masyarakat China.

"Perusahaan kami memiliki Panelized System Housing yang dapat mempercepat waktu pembangunan rumah. Kami berharap ke depan bisa bekerjasama dengan pemerintah Indonesia dalam program perumahan ini," kata dia saat melakukan kunjungan ke Jakarta, dari rilis yang diterima Republika, Senin (11/5).

Menurut Guan Ling, untuk mengejar target program 1 juta rumah di Indonesia butuh teknologi yang mampu memercepat proses pembangunan sehingga waktu pembangunan dan tenaga kerja yang dibutuhkan lebih efektif.

Teknologi Panelized System Housing yang sudah diterapkan China, mampu menghemat waktu pembangunan sekitar 15-30 persen. Lei Guan menambahkan, penjajakan perusahaannya ke Indonesia merupakan tindak lanjut hasil kunjungan kerja Jokowi ke China beberapa waktu lalu.

Bahkan, kata dia, teknologi yang dikembangkan Beijing Set Force Technology Development Co Ltd tidak tervatas pada rumah tapak saja, melainkan juga untuk rumah susun. Panel-panel dan tulang-tulang untuk pembangunan rumah semuanya sudah dibuat di pabrik.

Selain itu penggunaan sistem 'knock down' lebih memercepat rumah dibangun dan tahan terhadap cuaca. "Di China kami bisa membangun tiga unit rumah ukuran 36 meter persegi dengan empat orang pekerja dalam waktu satu hari dengan sistem itu," imbuh Guan Ling.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Tantowi Yahya menilai hubungan Indonesia dengan China terlalu progresif. Akibatnya, ada kekecewaan dari negara-negara teman lama Indonesia, yaitu Barat dan Jepang.

Menurutnya, terlalu menggantungkan pada negara China dan menggeser negara sahabat lama seperti Barat dan Jepang terlalu berisiko. Sebab, komitmen China masih harus dibuktikan.

"Langkah Jokowi ini terus terang telah menimbulkan kekhawatiran Jepang akan munculnya kembali Poros Jakarta-Beijing-Pyongyang, kekuatan segitiga yang ditakuti Jepang," kata Tantowi pada Republika.

Tantowi berharap komitmen dengan China dapat terealisasi. Sebab, di era Presiden Susilo Bambang Yudoyono, ada sekitar 40 MOU dengan China, dan 10 diantaranya diratifikasi. Namun, semuanya belum ada yang jalan. "Mudah-mudahan ini bisa jadi perhatian bagi Presiden," imbuh dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement