REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago menegaskan pemerintah berkomitmen mengurangi ketimpangan pertumbuhan ekonomi antarwilayah di Indonesia. Selama ini, roda ekonomi masih terpusat di pulau Jawa.
"Sudah direncanakan untuk melakukan percepatan pembangunan di luar pulau Jawa," kata Andrinof saat ditemui Republika di kantor Badan Pusat Statistik, Jumat (8/5).
Andrinof mengatakan komitmen tersebut tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019. Dalam RPJMN tersebut, ujar dia, rencana pembangunan kawasan industri, pembangkit listrik, kawasan ekonomi khusus, hingga pembangunan jalan, sebagian besar diproyeksikan untuk luar pulau Jawa.
Untuk kawasan industri misalnya, pemerintah merencanakan pembangunan 14 kawasan industri di luar pulau Jawa. Beberapa kawasan industri itu dibandung di Bintuni-Papua Barat, Buli-Halmahera Timur-Maluku Utara, Bitung-Sulawesi Utara, dan Landak-Kalimantan Barat. Selain itu juga membangun 22 sentra industri kecil dan menengah di kawasan timur Indonesia khususnya Papua, Papura Barat, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam buku RPJMN 2015-2019 disebutkan, arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antar wilayah. Sebab, selama 30 tahun (1983-2013), kontribusi kawasan barat Indonesia sangat dominan dan tidak pernah kurang dari 80 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah kawasan timur Indonesia yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua.
"Tapi tentu kami juga tetap harus menjaga momentum pertumbuhan di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera," ujar Andrinof.
Roda ekonomi di Jawa dan Sumatra memang masih terlalu dominan kontribusinya kepada kue ekonomi nasional. Sementara, roda ekonomi di Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Nusa Tenggara masih terlalu lamban untuk mengimbangi. Hal ini terlihat dari tabel yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) dalam jumpa pers Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Selasa (5/5).
Dalam tabel Laju Pertumbuhan dan Distribusi Ekonomi per Pulau Triwulan I 2015, di kolom distribusi terlihat geliat ekonomi Sumatra dan Jawa sangat besar. Sumatra menyumbang 22,56 persen kue ekonomi nasional, sementara Jawa lebih dari dua kali lipatnya, yaitu sebesar 58,30 persen. Porsi keduanya meninggalkan empat pulau lainnya.
Porsi ekonomi Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku-Papua bahkan tak sampai 10 persen. Ekonomi Bali-Nusa Tenggara hanya menyumbang 2,97 persen ke nasional. Lalu, Kalimantan hanya sebesar 8,26 persen, Sulawesi hanya 5,72 persen, dan terakhir Maluku-Papua hanya 2,19 persen.
Kecenderungannya, porsi ekonomi ini dari 2012 memperlihatkan tren yang negatif bagi pulau selain Sumatra dan Jawa. Sejak 2012, misalnya, porsi ekonomi Jawa terus naik dari posisi 57,65 persen (2012), 57,99 persen (2013). Begitu juga Sumatra yang tumbuh dari 23,74 (2012) dan 23,81 persen (2013). Sementara porsi ekonomi Kalimantan justru terus turun dari 9,30 (2012), lalu 8,67 persen (2013). Ataupun kalau tumbuh, lajunya tidak bisa secepat pertumbuhan Jawa dan Sumatra.