Selasa 05 May 2015 13:31 WIB

IHSG Alami Dead Cat Bounce

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Karyawan melintas didepan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (15/4).(Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Karyawan melintas didepan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (15/4).(Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar saham, Ellen May menyatakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pekan ini mengalami dead cat bounce. Dead Cat Bounce adalah situasi dimana harga saham naik sementara waktu pada saat tren indeks turun. Jadi penurunan diperkirakan masih akan terus berlanjut.

"Dead cat bounce pada market itu seperti kucing yang jatuh dari ketinggian, mental sebentar lalu jatuh lagi," tulis Ellen dalam analisisnya di Twitter, Selasa (5/5).

Kenaikan harga saham-saham pada saat terjadi dead cat bounce ini, kata Ellen hanya bersifat sementara saja. Dalam perdagangan (trading) jangka pendek, kondisi ini bisa dimanfaatkan, khususnya oleh para trader untuk mengeruk profit di tengah tren penurunan indeks.

Ellen memproyeksikan saham-saham perusahaan besar berpotensi uji resisten ke level yang lebih tinggi dalam pekan ini. Saham PT Astra International Tbk (ASII) berpotensi uji resisten hingga level 7.400. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) bahkan menuju target 11.500. PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) berpotensi naik hingga 4.200, demikian juga PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk di kisaran 2.700-2.900 pekan ini.

Posisi IHSG ditutup menguat 54,71 poin atau 1,08 persen di level 5.141,14 pada perdagangan Senin (4/5). Mengawali perdagangan Selasa (5/5), IHSG dibuka menguat 0,25 persen ke 5.153,76, berdasarkan data Bloomberg.

Sekitar pukul 10.40 WIB, IHSG terus berada di zona hijau, bahkan sempat menyentuh level 5.200. Akan tetapi, mengakhiri perdagangan sesi pertama hari ini, indeks secara total hanya bertahan di level 5.153,15.

Ellen menilai IHSG masih berpotensi menguat uji resisten hingga level 5.200. Ini didorong melemahnya data manufaktur Cina yang memicu spekulasi stimulus di Cina untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negaranya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement