Selasa 28 Apr 2015 19:30 WIB

Laba Bersih Astra Merosot, Ini Sebabnya...

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto (kanan), dan Direktur Independen Gunawan Geniusahardja memberikan keterangan pers, Jakarta, Selasa (28/4).(Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto (kanan), dan Direktur Independen Gunawan Geniusahardja memberikan keterangan pers, Jakarta, Selasa (28/4).(Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laba bersih PT Astra International Tbk pada kuartal I tahun 2015 turun 16 persen dari 4,72 triliun menjadi sebesar Rp 3,99 triliun. Sedangkan laba bersih per saham turun dari Rp 117 menjadi Rp 99.

Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto mengatakan, pemicu turunnya laba disebabkan oleh penurunan penjualan di sektor otomotif, agribisnis, serta infrastruktur dan logistik. ''Penjualan roda dua turun 14 persen dan roda empat turun 21 persen,'' kata dia dalam Konferensi Pers RUPST PT Astra International Tbk, Jakarta, Selasa (28/4) siang.

Menurut Prijono, sekitar 40 persen keuntungan Astra dari otomotif. Kontribusi penurunan terbesar pada kuartal pertama tahun ini berasal dari divisi agribisnis yang mencapai 80 persen dari Rp 625 miliar menjadi Rp 124 miliar. Penurunan keuntungan PT Astra Agro Lestari disebabkan rendahnya harga komoditas minyak sawit mentah (CPO).

Sementara itu, di sektor otomotif, perseroan mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 21 persen dari Rp 2,05 triliun menjadi Rp 1,6 triliun. Penurunan tersebut seiring dengan melemahnya penjualan kendaraan bermotor perseroan.

Pada kuartal I, penjualan mobil melemah 21 persen dengan pangsa pasar yang turun 49 persen. Sedangkan penjualan sepeda motor nasional turun 14 persen, meski pangsa pasar naik menjadi 68 persen.

Prijono melanjutkan, beberapa divisi mencatatkan kenaikan laba bersih. Di antaranya, divisi jasa keuangan yang naik 21 persen dari Rp 981 miliar menjadi Rp 1,2 triliun. Divisi alat berat yang naik 3 persen menjadi Rp 938 miliar, sedangkan divisi teknologi informasi naik 42 persen menjadi Rp 37 miliar.

Secara keseluruhan posisi kas bersih Astra, tidak termasuk anak-anak perusahaan divisi jasa keuangan mencapai Rp 1,3 triliun, dibandingkan dengan utang bersih sebesar Rp 3,3 triliun pada akhir tahun 2014. Bisnis jasa keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp 45,5 triliun, dibandingkan dengan akhir tahun 2014 sebesar Rp 45,9 triliun.

Selain itu, Prijono juga menyebut, turunnya profit perseroan disebabkan oleh belum terealisasikan proyek-proyek yang perseroan. Namun, pihaknya optimis, satu atau dua tahun kedepan proyek tersebut dapat mendatangkan profit.

Pasalnya, proyek senilai sekitar Rp 20 triliun masih belum terealisasi dan mendatangkan laba. Namun, diyakini dalam waktu satu sampai dua tahun ke depan sudah membuahkan keuntungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement