REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar kegiatan Training of Trainers (ToT) kepada tenaga pemasar layanan keuangan mikro, di OJK Institute Menara Merdeka Jakarta, Selasa (28/4). Kegiatan tersebut dihadiri oleh 40 orang tenaga pemasar dari 12 Lembaga Jasa Keuangan yang mengikuti uji coba tahap I pelaksanaan Laku Mikro.
Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Kusumaningtuti S Soetiono mengatakan, kegiatan ToT tersebut bertujuan menyosialisasikan konsep Laku Mikro yang meliputi definisi, fitur layanan dan segmen pengguna Laku Mikro. Selain itu, meningkatkan kompetisi tenaga pemasar mengenai produk dan jasa mikro yang merupakan produk lintas sektoral. Serta memberikan pendalaman materi khusus terkait produk reksadana.
"Kegiatan ini untuk memastikan layanan keuangan mikro bisa jalan. Kita sudah meluncurkan di Indramayu, kemudian kan dilakukan evaluasi, ada 12 lembaga keuangan yang ikut. Kedua belas itu sudah memberikn masukan belum sepenuhnya jalan, ada yang jalan ada yang tidak," jelas Kusumaningtuti dalam acara tersebut.
Menurutnya, ada beberapa kendala seperti pengalaman definisi fitur dan cara mengemasnya belum sama di antara lembaga keuangan. Kendala selanjutnya terkait pemasaran yang belum berfungsi sehingga SDM di pemasaran belum memahami dan tidak bisa menggapai banyak konsumen.
Oleh sebab itu, menurutnya yang harus dilakukan yakni memperbaiki fitur agar bisa dikemas one stop shoping. Sehingga nasabah mikro bisa menabung, membeli asuransi mikro, reksa dana mikro atau cicilan emas, serta pembiayaan mikro di kemudian hari dengan agunan sejumlah tertentu. Selain itu juga memperbaiki di sisi pemasaran produk.
"Oleh karena itu dilakukan ToT supaya mereka mengetahui stuktur definisi fitur yang baik, lalu mereka akan melatih semua pegawai di masing-masing lembaga keuangan," imbuhnya.
Menurutnya, kegiatan ToT bakal rutin digelar kepada para tenaga pemasar. Selanjutnya, untuk Laku Mikro akan dievaluasi pada bulan Juni. Evaluasi akan melihat apakah fiturnya sudah baik dan sudah tepat diterapkan serta mudah dipahami konsumen.
Evaluasi akan lebih kepada produk Laku Mikro bisa diterapkan. Agar seseorang yang berpenghasilan rendah bisa menabung, mendapat asuransi, mendapat reksa dana, mencicil emas di tempat yang satu spot, serta mudah mendapat pembiayaan mikro. Struktur tersebut diharapkan memperlancar akses inkluasi keuangan. Sebab, tanpa laku pandai menurutnya sulit mengakses sekitar 48 persen dari 150 juta jiwa penduduk yang tinggal di pedalaman, wilayah terpencil dan perbatasan.