Senin 27 Apr 2015 18:50 WIB

'Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2015 di Bawah Lima Persen'

Rep: C87/ Red: Djibril Muhammad
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I-2015 diproyeksikan di bawah 5 persen. Pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 4,9-5,0 persen.

Chief Economist Bank BRI Anggito Abimanyu mengatakan, pelambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, neraca perdagangan, pertumbuhan konsumsi yang menurun, investasi, dan belanja pemerintah.

Rupiah secara year to date dan year on year mengalami pelemahan sebesar 3,9 persen dan 11,59 persen. Namun, sejak awal bulan April sedikit rebound sebesar 1,02 persen ke level Rp 12.945 di tanggal 23 April 2015. Penguatan rupiah diikuti dengan penurunan cadangan devisa di bulan Maret yang turun sebesar 5,47 persen ke level 111,6 miliar dolar AS.

Pengeluaran konsumsi untuk semua produk sekunder dan tersier menurun, baik dalam volume, nilai penjualan maupun pertumbuhan. Survei AC Nilsen menunjukkan adanya pertumbuhan penjualan negatif di kuartal I-2015 dibandingkan dengan sebelumnya.

Konsumsi jenis BBM premium untuk umum maupun industri menunjukkan penurunan saat harga menurun sejak September 2014. Sedangkan konsumsi jenis BBM pertamax naik pada saat harga turun, namun pada awal 2015 konsumsi pertamax menurun pada saat harga masih turun.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 kami hitung antara 4,9-5,0 persen. Ada komponen seperti pertumbuhan konsumsi semen negatif tapi bahan pangan positif. Yang paling besar pertumbuhan fundamental didorong oleh konsumsi rumah tangga. Angka di bawah 5 persen ini terendah dibandingkan lima tahun terakhir," jelas Anggito dalam konferensi pers di kantor pusat BRI Jakarta, Senin (27/4).

Sementara itu, pertumbuhan nilai investasi swasta diperkirakan menurun. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan kredit investasi dan impor barang modal Indonesia pada kuartal I-2015 lebih kecil dibandingkan kuartal I-2014. Sedangkan belanja modal pemerintah di kuartal I-2015 jauh lebih besar daripada kuartal I-2014 sehingga menopang nilai pengeluaran investasi pemerintah. 

"Neraca perdagangan kuartal I-2015 sebesar 2,5 miliar dolar AS atau meningkat dibandingkan kuartal I-2014 sebesar 1,2 miliar dolar AS. Kenaikan tersebut terjadi karena penurunan impor melebihi penurunan ekspor," imbuhnya.

Anggito menjelaskan, penurunan ekspor pada kuartal I-2015 menjadi 39,24 miliar dolar AS dibandingkan kuartal I-2014 sebesar 44,30 miliar dolar AS. Sedangkan impor turun lebih tajam menjadi 36,70 miliar dolar AS dibandingkan kuartal I-2014 sebesar 43,23 miliar dolar AS.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi kuartal II biasanya lebih rendah dari kuartal I. Tapi dia melihat ada pergeseran, jika APBN bisa menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi akan di atas 5 persen. Sebelum data tersebut keluar, Anggiot percaya pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2015 di kisaran 5,2-5,4 persen. Namun, dengan beberapa pertimbangan, jika kuartal I sudah di bawah 5 persen, kuartal II bisa di bawah 5 persen.

"Pelambatan ini serius, dengan adanya data riil kuartal I maka risiko pertumbuhan ekonomi akhir tahun pada batas bawah 5,2 persen," ujarnya.

Oleh sebab itu, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi peningkatan konsumsi, lanjutnya, yang paling penting pendapatan masyarakat meningkat. Untuk bisa menaikkan pendapatan masyarakat, laba harus naik. Kedua, menjaga nilai tukar agar tidak terjadi gejolak. Ketiga, inflasi, jika inflasi masih tinggi konsumen masih enggan membeli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement