REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) terus mewujudkan komitmennya untuk mendukung pengembangan pendidikan, serta pelestarian seni dan budaya. Untuk meningkatkan wawasan tentang seni dan budaya, BCA mengundang siswa-siswi SMA binaan Bakti BCA untuk bersama-sama menyaksikan pertunjukan seni teater.
BCA mengajak siswa-siswi tiga SMA binaan Bakti BCA yang berasal dari SMAN 1 Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), SMAN 1 Gadingrejo, Lampung, dan SMAN 3 Serang, Banten, beserta para guru pendamping menyaksikan pertunjukan karya Teater Koma yang ke-139 berjudul 'Opera Ular Putih'. Karya ini digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, tanggal 3-19 April 2015.
Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati mengatakan, BCA senantiasa berkomitmen untuk turut memberikan dukungan kepada pengembangan dunia pendidikan dan peningkatan mutu sumber daya manusia. Salah satu bentuk nyata dukungan yang diberikan BCA kepada sekolah-sekolah binaan berupa penyediaan fasilitas dan softskill yang dibutuhkan para guru dan para siswa. Untuk memperlengkapi siswa dengan pengetahuan mengenai seni pertunjukan teater, BCA mengajak siswa-siswi menonton 'Opera Ular Putih'.
'Opera Ular Putih' ini diangkat dari legenda tua asli Cina yang juga pernah ditampilkan pada 1994. Pementasan ini mengangkat kisah Siluman Ular Putih yang ingin menjadi seorang manusia dengan bertapa selama seribu tahun. Berkat usaha dan kebaikannya, para dewa mengabulkan permintaannya, dan dia berubah menjadi wanita cantik bernama Pehtinio. Ia dan adiknya, Siluman Ular Hijau, yang juga menjelma menjadi seorang manusia bernama Siocing, menjalani kehidupan sebagai manusia biasa.
Suatu ketika Pehtinio bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Kohanbun, reinkarnasi orang yang dulu pernah menolong Ular Putih ratusan tahun yang lalu. Pehtinio akhirnya menjadi istri Kohanbun. Namun, kedamaian mereka terusik ketika Kohanbun bertemu dengan Gowi, seorang peramal yang memberi tahu bahwa istrinya merupakan seekor siluman ular jahat.
Kisah ini mendorong para penontonnya untuk berpikir lebih dari sekadar hitam dan putih, kebajikan lawan kejahatan. Selain itu, para pemeran rata-rata menyuguhkan karakter yang kompleks dengan perjalanan batinnya masing-masing.
Sebelum menonton pertunjukan, para siswa-siswi mendapat pemaparan mengenai profil Teater Koma yang disampaikan secara langsung oleh Ratna Riantiarno, aktris, manajer seni pentas, aktivis teater, sekaligus salah satu pendiri Teater Koma.
“Melalui pemaparan mengenai profil Teater Koma dan pengenalan tentang seni peran, para siswa-siswi diharapkan akan lebih mengerti mengenai seni pertunjukan teater secara umum,” tutur Inge.
Selain mengajak siswa-siswi SMA tersebut menonton teater, selama ini BCA juga telah secara aktif ikut mendukung langsung Teater Koma yang dianggap melestarikan seni teater di Indonesia. BCA memberikan dukungan lakon Teater Koma, antara lain 'Republik Cangik', 'Demonstran', 'Sie Jin Kwie', 'Sampek Engtay', dan 'Ibu'.
Melalui dukungan kepada Teater Koma, BCA membuktikan komitmennya untuk berperan aktif dalam melestarikan dan mendukung pengembangan budaya nasional,” ujar Inge. (ADV)