REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I-2015 berpotensi berada di bawah 5 persen. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi full year 2015 berada di batas bawah kisaran 5,4-5,8 persen.
Chief Economist Global Market Permata Bank Josua Pardede mengatakan, proyeksi Bank Indonesia menunjukkan adanya pesimistis terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Bahkan menurutnya, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015 diperkirakan di kisaran 5,0-5,3 persen.
“Kuartal I-2015 menurut kami berpotensi di bawah 5 persen, di kisaran 4,95-5 persen. Karena melihat indikator makro belum menunjukkan hasil yang memuaskan,” jelas Josua dalam Media Gathering di gedung Permata Bank WTC II Jakarta, Rabu (22/4).
Di samping itu, indikator konsumsi rumah tangga seperti penjualan mobil di kuartal I-2015 turun 14 persen, menjadi 428 ribu. Sedangkan penjualan motor kuartal I-2015 mencapai 1,61 juta unit, turun 19 persen (yoy) dibandingkan kuartal I-2014 yang mencapai 1,89 juta unit.
Selain itu, kondisi infrastruktur dan penjualan retail dinilai masih stagnan, serta belum ada tren peningkatan, yang mengindikasikan konsumsi rumah tangga masih akan tumbuh stagnan. Konfidensi berdasarkan indeks keyakinan konsumen juga menunjukkan sedikit ketidakpercayaan terhadap pemerintah dari sisi realisasi penyerapan anggaran.
“Penyerapan anggaran menjadi kunci pertumbuhan ekonomi tahun ini. Kalau pemerintah agresif menargetkan 5,7 persen tahun ini pemerintah juga harus cepat melakukan penyerapan anggaran. Sudah harus mulai dioptimalkan sejak kuartal II-2015,” imbuhnya.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi 2014 yang sebesar 5,01 persen merupakan pertumbuhan ekonomi terendah dalam lima tahun terakhir. Jika hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga sepertinya target tersebut belum bisa tercapai. Sementara itu, neraca ekspor-impor yang surplus tiga bulan terakhir dinilai belum akan mendongkrak pentumbuhan ekonomi.